𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 18+
Ini akan terdengar seperti kisah pada umumnya. Dari benci menjadi cinta. Dan dari banyak kesalahan yang kelak akan menjadi sebuah penyesalan.
𖣘
Bastian Daffin Hartigan adalah laki-laki dari segala keburukan. Ia terkenal dengan se...
Dengan emosi yang masih bersarang, Bastian berjalan cepat kembali ke dalam kelas. Bajunya juga sedikit basah, karena kejadian barusan. Beberapa murid di lorong banyak yang memperhatikan Bastian dengan tatapan takut. Bahkan Bastian tak segan menatap balik orang-orang itu dengan tatapan yang tajam. Dirinya ini bukan badut yang bisa seenaknya diperhatikan seperti itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kini ia sudah tiba di kelasnya. Bastian berjalan masuk dan menyambar kotak bekal milik Aleta. Laki-laki itu duduk di kursinya dan akan memakan habis makanannya.
"Lu apain si cacat?" tanya Zian tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponsel.
Tidak ada jawaban dari Bastian, laki-laki itu hanya diam dan asyik menghabiskan makanan Aleta. Satu kata yang terlintas di pikirannya saat memakan ini yaitu enak. Bastian berpikir, Aleta masih sungguh beruntung bisa mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya. Meski dengan kekurangan yang Aleta miliki, gadis itu tetap dimanja dan diperlakukan istimewa.
Bastian benar-benar iri.
Bukan hanya dengan Aleta, ia iri pada orang-orang yang memiliki keluarga lengkap dan harmonis. Dirinya juga pernah berpikir saat melihat keluarga yang utuh, mereka sama-sama tumbuh sembilan bulan di kandungan, sama-sama lahir dari rahim seorang Ibu, dan sama-sama memakan nasi. Tapi, kenapa mereka bisa bahagia dan dirinya tidak? Kenapa mereka bisa seakrab itu dengan ayah atau ibunya dan dirinya tidak? Kenapa mereka bisa mendapatkan hadiah dari ayahnya, tapi dirinya tidak? Bastian pernah berpikir sekacau itu. Yang awalnya tidak peduli, tetapi perasaan kesal pada keluarga utuh akan tetap ada. Termasuk kepada keluarga Zian.
Namun, balik lagi pada pemikirannya. Mungkin memang ini alasannya dilahirkan, mungkin memang ini adalah kehidupannya, dan yang bisa ia lakukan hanya menjalani, serta mengikuti alur skenario.
"Sialan! Kenapa tempat gua banyak nasi gini?! Pasti elu nih?" tuduh murid itu menunjuk pada Bastian.