49 | So lonely

421 28 2
                                        

©silalalolo

P R E S E N T

•••••••••••••••

"Bastian pulang, Bu!!" Buru-buru ia melepas sepatunya dan masuk ke dalam rumah.

Bastian tersenyum lembut saat melihat Mbah Arum yang sudah ia anggap ibu sendiri sejak pindah ke kota ini. Mbah Arum terlihat tengah berkutik dengan bahan-bahan makanan dan peralatan masak lainnya.

Laki-laki itu berlari lalu memeluk erat Mbah Arum dari belakang. "Ibu baru masak?"

"Iya.. mbah gak mau kamu pulang kerja malah makan makanan yang dingin. Jadi, mbah masaknya mepet aja.."

"Kan bisa diangetin, Bu.. Ibu pasti belum makan, kan?" tanya Bastian yang sudah melepaskan pelukannya. Ia berdiri di samping Mbah Arum, melihatnya memasak dengan begitu lihai.

"Kita bisa makan bareng.. mending kamu mandi dulu, gih."

"Oke, cantik.." Bastian mencolek dagu Mbah Arum lalu setelahnya ia terbirit saat Mbah Arum sudah bersiap melempar sendok sayur.

"Dasar, anak itu.."

Bastian tertawa puas. Menggoda Mbah Arum menjadi favoritnya belakangan ini. Bastian menyukai kehidupannya yang sekarang. Di sini, di kota Jambi tidak ada seorang pun yang mengetahui bagaimana bejatnya Bastian dulu. Dan dengan begini, Bastian bisa memulai hidup baru serta menjadi orang yang lebih baik.

Bastian juga tidak melanjutkan sekolahnya. Ia lebih memilih untuk bekerja supaya mereka tidak mengalami kurangnya finansial.

Padahal Bastian sendiri juga sebenarnya menyayangkan sekolahnya yang tinggal beberapa bulan lagi. Ya, tapi tak apa, toh Bastian tidak membutuhkan ijazah SMA nya. Dengan tampangnya yang lumayan, Bastian merasa diuntungkan. Ia sudah mendapat pekerjaan di sini, yakni menjadi Barista di sebuah cafe. Dan bilamana ia libur, Bastian akan menambah jobnya dengan bernyanyi di sana setiap malam.

Setelah selesai dengan ritual mandinya, Bastian bergegas menuju meja makan. Di sana Mbah Arum juga sedang menyiapkan nasi untuk Bastian dan dirinya.

Bastian lekas duduk dengan senyumnya yang terus terpatri. "Ini, Bu.." Bastian menaruh beberapa lembar uang seratus di hadapan Mbah Arum. "Gaji Bastian plus bonusnya."

"Syukurlah.. Mbah ambil satu juta aja, buat kebutuhan masak."

"Udahlah, Bu.. ambil semua aja.. Bastiann ada kok simpenan. Kalo ibu gak mau, uangnya mending Bastian pake buat bore up motor aja deh."

Sontak Mbah Arum langsung menyambar semua uangnya. "Mending mbah simpen kalo gitu, ngapain sih kamu seneng banget main motor."

"Daripada main cewek, kan.. hehehe.."

Mbah Arum membuang napasnya panjang. Ia juga mulai menyendokan nasi ke mulutnya. "Pacar kamu gimana kabarnya?"

"Bwaik-bwaik ajuaa."

"Telen dulu makannya baru ngomong."

Bastian mengunyah cepat dan langsung menelannya. "Baik-baik aja kok dia, tadi juga habis nemenin dia ke toko."

"Kalo kabar yang di Jakarta gimana?"

Raut Bastian berubah seketika. Jujur saja, ia sangat merindukan sosok Aleta. Terakhir mereka bertemu tiga bulan lalu, saat Bastian mengantarkan hadiah untuk Aleta. Meski mereka sempat saling tatap, Bastian tentunya tak punya nyali bila harus mengucapkan selamat secara langsung di hadapan Aleta. Makanya dia lebih memilih lewat video sebagai ucapan selamatnya.

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang