©silalalolo
P R E S E N T
•••••••••••••••••••Sekarang Aleta sudah berada di rumahnya, dan sudah pasti Bastian yang mengantarkannya pulang.
Hari juga sudah sangat larut malam ini, lebih tepatnya pukul 23.00 WIB. Namun, Aleta masih terjaga. Ia masih memikirkan tentang musibah yang ia alami sore tadi. Sambil terus memandangi bulan dari jendela, ia juga tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Suara tangisnya ia redam dengan syal pemberian Bastian yang berada di lehernya.
Aleta tidak ingin bersekolah besok. Ia masih sangat takut dengan Zian. Andai saja Bastian tidak berhenti sekolah, Aleta pasti tidak akan merasa takut. Karena, sekarang ia merasa aman bila berada di dekat laki-laki itu.
Apa Aleta minta saja pada Ayahnya untuk pindah sekolah? Tapi, alasan seperti apa yang harus ia katakan? Karena tidak mungkin jika Aleta harus menceritakan semuanya.
Meski begitu, mungkin ini bisa menjadi keputusan yang tepat. Ya, Aleta sudah memantapkan keputusannya. Segera ia beranjak berdiri ke luar dari kamarnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar sang Ayah.
Namun, saat hendak menuju kamar Gilang, ternyata Ayahnya itu masih berada di ruang tamu dan bergelut dengan benda tipis nan lebar, yakni iPad. Langsung ia menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
Gilang sontak menoleh ke samping. "Belum tidur, Aleta?"
Aleta menggeleng. "Ada yang mau aku omongin sama Ayah."
Gilang menaruh iPad itu di meja dan memposisikan dirinya menghadap ke arah Aleta. "Aleta, kenapa sayang? Kamu habis nangis? Siapa yang buat kamu nangis?" Tangannya terulur menyentuh pipi anaknya.
"Aleta mau pindah sekolah, Yah."
Gilang menghembuskan napasnya panjang lalu mengangguk. "Tapi, cerita dulu sama Ayah. Kenapa tiba-tiba minta pindah sekolah dan siapa yang buat kamu nangis. Bastian?"
Aleta menggeleng lalu setelahnya ia diam. Ia bingung harus menjawab dengan alasan apa. Harusnya sebelum bicara pada Ayahnya, ia mempersiapkan alasannya dulu.
"Ayah mau kamu jujur. Jangan sembunyiin apa pun dari Ayah," ucap Gilang dengan tegas.
Aleta menunduk, ia masih takut jika harus berkata jujur.
"Oke. Kalo kamu masih gak mau jujur sama Ayah, gak usah pindah sekolah." Gilang memposisikan duduknya seperti awal dan mengambil kembali iPad itu. "Mending sekarang kamu tidur, besok sekolah."
Aleta pasrah. Ia beranjak dan kembali ke kamarnya.
Saat berada di dalam kamarnya pun, Aleta sama sekali tidak tertidur. Ia hanya duduk di atas kasur, dan kepalanya selalu terbayang-bayang kejadian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓
Fanfiction𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 18+ Ini akan terdengar seperti kisah pada umumnya. Dari benci menjadi cinta. Dan dari banyak kesalahan yang kelak akan menjadi sebuah penyesalan. 𖣘 Bastian Daffin Hartigan adalah laki-laki dari segala keburukan. Ia terkenal dengan se...