𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 18+
Ini akan terdengar seperti kisah pada umumnya. Dari benci menjadi cinta. Dan dari banyak kesalahan yang kelak akan menjadi sebuah penyesalan.
𖣘
Bastian Daffin Hartigan adalah laki-laki dari segala keburukan. Ia terkenal dengan se...
Mata Bastian mengerjap begitu merasakan seseorang menyebut namanya dan sedikit menepuk pundaknya. Saat matanya terbuka sempurna, ia terkejut. Sontak ia bangun dari posisi tidurnya.
"Kamu kenapa bisa ada di kamar anak saya?"
"Emm,, A-aleta sakit. Jadi saya anter pulang dan nemenin dia di kamarnya." Sungguh ia merasa gugup saat ini. Padahal sebelumnya ia hanya ingin merebahkan tubuhnya beberapa menit saja, tapi malah ketiduran hingga hari petang.
"Aleta sakit kenapa? Pagi tadi dia baik-baik aja."
"Mimisan." Jika saja Ayah Aleta tahu ini karena ulahnya, sudah pasti ia akan dihajar habis-habisan oleh laki-laki paruh baya itu.
"Mimisan?!"
Bastian mengangguk pelan.
Gilang berjalan mendekati ranjang anaknya. Dan memeriksa suhu tubuhnya dengan menyentuh keningnya. Benar saja suhu tubuh Aleta saat ini terasa panas, ia juga melihat wajah anaknya yang pucat pasih.
"Kalo gitu, saya pamit pulang, Om," ujar Bastian yang sudah berdiri. Ia juga hendak bersaliman dengan Ayah Aleta.
"Kamu belum makan, kan?"
"Eh? Be-belum," jawab Bastian menggelengkan kepalanya. Mengingat jam istirahat barusan, ia juga baru memakan dua sendok.
"Bagus kalo gitu. Kamu boleh makan dulu, sehabis makan baru kamu boleh pulang."
"Gak usah, Om," tolak Bastian halus.
"Gak papa, anggap aja ini rasa terima kasih karena sudah merawat Aleta."
Bastian diam sejenak sampai akhirnya ia mengangguk kaku.
Mereka berdua berjalan menuju ke arah dapur. Bastian tiada hentinya memperhatikan punggung Ayah Aleta. Perawakannya begitu persis seperti Ayahnya. Tapi, ia juga masih bertanya-tanya, di mana Ibu Aleta? Sejak tadi ia masih tidak melihatnya, bahkan setelah malam hampir tiba.
"Kamu boleh tunggu di sini," ujar Gilang menunjuk pada meja makan.
"I-iya." Bastian duduk di atas kursi, dan memperhatikan Ayah Aleta yang mulai memasak.
Dilihat dari segi mana pun, Ayah Aleta memang terlihat begitu terampil dalam memasak. Dan juga terlihat sangat gagah.
"Eh iya, kamu ada alergi sama udang?"
"Emm,, i-iya ada, Om."
"Untung saya sempet nanya dulu ya. Hampir aja mau masukin udang."
Beberapa menit berlalu, kini Gilang sudah selesai memasak. Ia membawakan dua piring nasi goreng buatannya ke meja makan.