04 | Dendam.

1.4K 114 35
                                    

©silalalolo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©silalalolo

P R E S E N T

••••••••••••••••

Gadis itu menatap kursi sebelahnya, sudah tiga hari Bastian tidak masuk sekolah. Semenjak kejadian lalu-saat Zian berteriak keras di kantin dan berkata jika ia meracuni Bastian, Aleta benar-benar tidak memiliki teman. Apalagi laki-laki itu sudah tiga hari absen, semakin yakin saja para murid jika Aleta benar meracuninya. Padahal sebenarnya Bastian terkena alergi. Dan belakangan ini juga, Zian seringkali mengganggu dirinya. Entah itu saat berangkat sekolah, istirahat, ataupun sepulang sekolah. Tapi, hari ini Zian juga absen sekolah.

Bisa dibilang hari ini menjadi hari keberuntungan bagi Aleta. Karena, tidak ada yang mengganggu dirinya. Andai saja setiap harinya tenang seperti ini, ia pasti bisa menjalankan sekolahnya dengan bahagia. Tidak harus punya teman, yang penting hidupnya tentram. Itu sudah cukup bagi gadis bernama Aleta ini.

Dan sekarang sudah waktunya pulang. Jika biasanya Aleta ingin cepat-cepat ke rumahnya, kini ia sengaja untuk pulang telat, ia ingin berjalan-jalan sembari mencari objek yang bagus untuk memotret. Kakinya terus melangkah dan berjalan sesuai arus. Senyumnya tidak luntur sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya juga Aleta memotret setiap objek seperti langit, gedung, dan tempat bagus lainnya.

Sudah hampir satu jam lebih ia berkeliling kota dengan jalan kaki, kini ia masuk ke dalam cafe untuk beristirahat sekaligus menghilangkan dahaganya.

________

"Nanti malem kita ke sana, kan?" tanya salah seorang laki-laki dengan segelas Flat white yang baru ia seruput.

"Iya."

"Oke. Eh tapi, Bas. Alergi lo juga udah sembuh, kenapa lo gak sekolah?"

Bastian menghembuskan napasnya berat, tubuhnya juga ia sandarkan pada kursi. "Gua lagi ribut sama bokap." Laki-laki itu meminum habis Espresso-nya.

Zian menghembuskan napasnya kasar, kalau urusannya sudah dengan Ayah Bastian, ia hanya bisa pasrah. "Berarti besok lo masih bolos?"

Bastian hanya mengangkat bahunya. "Liat besok."

"Atas nama Aleta!"

"Eh?" Mereka berdua agak terkejut mendengar suara speaker.

"Aleta si cacat bukan, ya?" Bastian mengalihkan pandangannya ke meja kasir menunggu seseorang yang mengambil pesanannya. Begitu juga dengan Zian, ia ikut memperhatikannya.

Selang beberapa detik, keduanya tersenyum saat Aleta yang mereka kenal lah yang mengambil pesanannya itu.

"Samperin gak?" tanya Zian.

Tanpa menjawab pertanyaan Zian, Bastian langsung beranjak dari kursinya dan berjalan menuju meja Aleta. Namun, Zian hanya diam dan melihat mereka dari jauh. Terlihat tubuh Aleta menegang saat melihat Bastian sudah dekat dengan mejanya.

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang