07 | Ayah yang Overprotective

1.4K 95 15
                                        

©silalalolo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©silalalolo

P R E S E N T

••••••••••••••••••••

"Laki-laki barusan ganteng lho, dia juga sopan sama Ayah tadi. Ayah seneng kamu bisa punya temen di sekolah." ucap sang Ayah sedikit menoleh dan tetap fokus pada kemudinya. Setelah berbelanja di supermarket barusan, sekarang mereka berdua bergegas pulang ke rumah.

Aleta mengangguk sebagai jawaban atas ucapan Ayahnya. Ini alasan dia memberikan alat menggambarnya pada Bastian, supaya ayahnya beranggapan jika ia baik-baik saja di sekolah. Ya, mungkin juga dengan ini Bastian berhenti merundungnya dan bisa bersikap baik padanya. Di sekolah ia benar-benar tidak memiliki teman, entah itu karena dirinya ini cacat atau karena ancaman Zian saat di kantin beberapa hari lalu.

Mengingat hari esok, ia benar-benar malas. Sekolah menjadi hal yang dibenci olehnya. Di sana ia seperti tidak ada kebebasan, bahkan untuk mengadu pun enggan. Sepertinya Aleta memang harus bertahan, sendirian.

***

Dalam perjalanan pulang, Bastian terus menambahkan kecepatan motornya. Jika ia terlambat pada waktu yang ditentukan ayahnya, habis sudah. Bastian tidak akan bisa pergi ke sekolah lagi. Dan akan menjalankan sekolahnya di rumah, atau lebih sering disebut Home schooling. Tentu Bastian tidak ingin itu terjadi. Terakhir ia melihat jam di rumah Zian adalah pukul 01.30 WIB, sedangkan Ayahnya meminta Bastian untuk pulang sebelum pukul 01.40 WIB.

Bastian memarkirkan motornya di halaman begitu tiba di rumahnya. Dengan segera ia turun, dan mencoba membuka pintu. Namun, pintunya malah terkunci, Bastian langsung mengetuk pintu sambil memanggil Ayahnya.

"Ayah!!"

Tak lama pintu terbuka dan menampakkan laki-laki paruh baya bertubuh tegap.

Plak!!

Bastian sudah menduga ini, tamparan keras begini sudah biasa ia terima. Ia hanya diam dan terus menunduk, tidak ada keberanian sama sekali untuk Bastian melihat ayahnya.

"Masuk?!"

Mendengar perintah ayahnya, ia langsung berjalan masuk. Ayahnya juga langsung menghampiri Bastian setelah menutup pintu.

"Dari mana?! Jam segini masih keluyuran kamu, hah?!"

Bastian mengulurkan kantong plastik pemberian Aleta pada ayahnya. Ayahnya langsung merampas kantong plastik tersebut dan melihat isinya. Namun seketika, plastik itu terlempar menghempas keras pada dinding.

"Masih berani kamu menggambar, hah?!" Tamparan kembali mendarat pada pipinya.

Plak!

Plak!

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang