Part 3

53 21 7
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Seorang gadis kecil berlari di bawah hujan. Membiarkan kaki telanjangnya bertubrukan dengan aspal dan kerikil tajam. Jangan lupakan suara gemuruh yang membuat malam semakin mengerikan. Tubuh bergetar karena dingin dan kaki yang memerah serta menjadi bukti seberapa lama dia menerjang hujan. Namun, hal tersebut tidak membuat gadis itu berhenti mengejar sosok wanita di depan sana.

Belum sempat si gadis menghentikan langkah wanita itu, takdir lebih dahulu mengambil alih. Sebuah truk dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan tinggi dan menghantam tubuh si wanita.

TIDAKKKK!!

Stella sontak bangun dari tidur dengan degup jantung serta keringat yang mengalir deras dari pelipisnya. Stella menggerakan badan menuju sisi kanan ranjang. Tanganya yang bergetar mengambil botol kecil di atas nakas sekaligus dengan air yang selalu dirinya sediakan.

Stella mengembuskan napas pelan setelah pil itu menyapa kerongkongannya. Perlahan dia menyandarkan tubuh pada kepala ranjang. Tanpa dikomando cairan bening mengalir dari pelupuk mata Stella.

Hiks..Hiks..Hiks..

Stella terisak, bahu serta badannya tambah bergetar kala suara petir menggelegar disusul dengan rintik hujan. Stella membenci segala hal yang membuat dirinya ingat pada kejadian itu.

Tidak lama kemudian pintu kamarnya dibuka kasar dari luar. Di sana, terlihat Atlair datang dengan raut panik. Kakak beradik itu saling menatap, menyelami arti tatapan satu dengan yang lain. Atlair mendekat ke arah Stella, lalu merengkuh lembut tubuh mungil adiknya.

Stella yang mendapat perlakuan tersebut langsung saja membalas pelukan Atlair dengan sangat erat. Isakan lirih tadi seketika berubah menjadi raungan, menumpahkan segalanya di dada bidang sang Abang.

Pun Atlair mengelus surai serta punggung Stella dengan sangat lembut, seolah gadis itu adalah boneka porselen yang rapuh.

"It's okay, everything will be fine," tutur Atlair.

Kalimat itu yang selalu Atlair ucapkan ketika Stella sedang tidak baik-baik saja. Selang beberapa saat, napas gadis itu mulai teratur. Lelah menangis serta usapan tangan Atlair membuat Stella kembali ke alam mimpi.

Atlair merebahkan tubuh Stella ke ranjang. Lihat saja, meskipun terlelap netra gadis itu masih mengeluarkan cairan bening. Hal yang membuat hati Atlair sesak saat melihatnya. Sebelum beranjak, Atlair menyempatkan diri untuk mengecup kening Stella.

Sekarang, Stella tengah berada di supermarket dekat perumahannya. Mencari sesuatu untuk menghilangkan rasa haus karena sudah berjalan jauh. Stella yang ditikam rasa bosan nekat keluar rumah sendirian dan parahnya lagi Atlair tidak tahu akan hal ini.

Gadis itu juga sudah menghasut Bi Inah selaku art dan Mang Ujang yang menjabat sebagai satpam dirumahnya untuk tidak melaporkan kepada Atlair. Begitulah Atlair, sangat membatasi pergerakan Stella. Memang benar, dulu Stella sangat takut pada dunia luar, mengingat bagiamana kondisi Stella kala itu.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang