Cover by @shana_publisher
Budayakan follow sebelum baca🧡🧡
Hidup Estella Danica sudah berantakan sedari gadis itu masih berumur lima tahun. Berawal dari kepergian ayah, kematian bunda di depan mata kepala Stella sendiri. Kehidupan Stella dapat diu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✨✨✨
KRINGG!
Alarm Stella berbunyi. Gadis itu langsung terbangun lantaran terkejut. Seketika matanya membola saat melihat jam beker di atas nakas. Pukul tujuh kurang lima belas menit. "Astaga, aku terlambat!"
Tanpa ba bi bu gadis itu turun dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi. Baru kali ini dirinya telat bangun, pasti karena semalam memikirkan Farell hingga tidak bisa tidur, dan gadis itu bisa terlelap pukul tiga.
Lima menit kemudian Stella keluar, sudah tidak ada waktu untuk melihat penampilannya, disambarlah ransel yang berada di sofa dan berlari keluar kamar.
Bi Inah datang dari arah dapur lari terpogoh-pogoh. "Maaf Non, Den Atlair sudah berangkat." Stella menghentikan langkah usai mendengar perkataan asisten rumah tangganya. "Hah, maksudnya aku berangkat sendiri gitu?" beonya.
"Tapi, tunggu Non."
Stella tidak mendengarkan ucapan Bi Inah, gadis itu terus berlari. Saat melewati ruang tamu, seperti ada seseorang. Namun, dirinya acuh, pikiran gadis itu penuh dengan pertanyaan bagaimana sampai di SMA Saebom tanpa terlambat.
Satu langkah lagi tangan Stella akan mencapai gagang pintu. Akan tetapi, suara bariton menghentikannya. "Ini hari minggu."
Gadis itu membalikan badan, dan terlihtlah wajah tampan seseorang. Siapa lagi jika bukan Alfarellza Dirgantara, pacar barunya. "Ya Tuhan, hilangkan aku untuk sekejap saja," pinta Stella dalam hati.
Stella menutup wajah dan melarikan diri ke kamar. Tidak ingin mendengar ucapan Farel meskipun hanya satu patah kata. Gadis itu langsung menubrukan diri ke ranjang. Menghela napas kasar, rasanya Stella tidak ingin menemui Farell untuk saat ini.
Tring!
Atensi Stella teralih saat ada pesan baru yang masuk di ponselnya. Terpampang nama seseorang yang telah melihat keabsurbdannya.
Alfarellza Dirgantara
Buruan ganti baju, kita jogging.
Gadis itu menepuk-nepuk bantal dengan gemas, bolehkah jika Tuhan menghapuskan ingatan Farel tentang kejadian memalukan ini? Ponsel Stella kembali berbunyi, sekarang ada panggilan masuk. Farel si pelaku, Stella lebih memilih untuk berganti pakaian daripada menerima panggilan itu.
Stella terus saja menutup wajah sedari tadi. Hingga Farell jengah dan akhir bertanya.
"Kenapa, sih?"
"Malu," lirih Stella.
"Calm down babe," kata cowok itu terkekeh pelan.
Farel membuka pelan telapak tangan yang menutupi kecantikan Stella. "Lo pasti mikirin gue ya semaleman," ledeknya. Stella menahan napas agar pipinya tidak memerah.