Part 24

9 5 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Mobil yang Atlair gunakan berhenti di pelataran rumah sakit. Ketika pria itu akan turun Stella menghentikannya. "Aku bisa sendiri, Atla kerja 'kan?" tanya Stella dan dibalas anggukan oleh Atlair.

"Inget, jangan mikirin hal berat," peringat Atlair.

Setelahnya, dia mengecup kening Stella dan mengacak surai gadis itu. Atlair langsung menginjak pedal gas membelah jalanan kota Jakarta pada siang hari dengan kecepatan di atas rata-rata.

Waktu tempuh yang seharusnya tiga puluh menit Atlair persingkat menjadi lima belas menit. Dia sudah sangat penasaran dengan sesuatu yang Bunda ingin tunjukan.

Atlair menatap sendu bangunan di depan sana. Rumah ini menjadi saksi betapa bahagia keluarganya dulu. Meskipun tidak berpenghuni, Atlair selalu membayar orang untuk membersihkan tempat ini.

Sejak Bunda meninggal, ia dan Stella pergi dari sini. Membuka lembaran baru tanpa bayang masa lalu. Terlebih kondisi mental Stella yang sangat mengkhawatikan, membuat Atlair yakin jika keputusan yang ia ambil sudah benar.

Pada waktu itu ia masih remaja 20 tahun. Harta benda yang Bunda tinggalkan Atlair gunakan untuk pengobatan Stella dan menyewa apartement, sedangkan biaya bertahan hidup dia cari dengan bekerja paruh waktu.

Pasti kalian bertanya-tanya tentang sosok Ayah yang berada di mana kala itu. Atlair tidak tahu. Atlair sangat membenci sosok yang dulunya ia jadikan panutan.

Keadaan memaksa Atlair untuk mengorbankan pendidikannya di Italia, negara dengan julukan The Boot. Itu adalah titik terendah yang terjadi dalam kehidupan seorang Atlair Oberon. Menggunakan uang tabungan pribadi, Atlair mendaftar kuliah dengan standar kampus yang sangat jauh dengan sebelumnya.

Jika kalian bertanya apakah terbesit pikiran Atlair untuk menyerah, sudah tak terhitung lagi. Namun, keberadaan Stella menjadi tali cambuk baginya. Atlair sadar, ada satu nyawa yang menjadi tanggung jawabnya.

Pria itu melepaskan kaca hitam guna menyeka air mata yang dengan lancang luruh. Butuh banyak hal dan pengorbanan untuk bisa menjadi Atlair yang sekarang.

Tanpa menunggu, Atlair melangkah gontai ke dalam. Dapat Atlair lihat semuanya masih sama seperti terakhir kali, tidak ada yang berubah. Pria itu terus berjalan menaiki setiap undakan tangga.

Sesampainya di tujuan Atlair bergegas membuka laci yang Bundanya maksud. Terdapat kotak usang yang berisi buku berukuran sedang dan sebuah foto. Sembari membuka buku tersebut, Atlair mendudukan diri. Ia membaca setiap kata yang tertulis.

 Ia membaca  setiap kata yang tertulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang