Part 22

12 4 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Tubuh seseorang terbaring lemah di atas brankar, menjadikan jarum infus sebagai perhiasan. Pun dengan dua netra yang tertutup rapat. Bibir ranumnya terlihat pucat, tidak ada senyum yang terpancar.

Pintu berderit. Derap langkah mendekat ke brankar. Perlahan, Farel membawa tangan ringkih Stella dalam genggaman. Dada cowok itu kembali bergemuruh melihat gadisnya tidak berdaya seperti sekarang.

"Lo nggak bosen tidur terus?" Hanya suara angin yang menyambut pertanyaannya tanpa memberikan jawaban. Farel memangkas jarak, memberikan kecupan hangat serta lama pada kening si gadis. "I miss you and wish you speed recovery," bisiknya.

Sudah dua hari sejak si brengsek Keanu menculik Stella, gadis itu belum juga sadar. Dari yang Farel dengar, alam bawah sadar Stella menolak untuk bangun.

Farel meninggalkan ruangan Stella dengan gontai. Sekarang cowok itu akan menemui osok yang sudah menghancurkan sekaligus menyelamatkan hidupnya. Berbeda dengan Stella yang masih nyaman terpejam, gadis itu justru tengah berusaha mengambil sesuatu di atas nakas.

"Jangan banyak gerak dulu," peringat Farel.

"Haus," jawabnya lirih. Pun Farel mengambilkan air dan membantu Luna meminumnya.

"Gimana kondisi lo?" tanya Farel

"Yang kayak kamu liat aja."

Farel duduk tepat di sebelah brankar. Tedengar helaan napas kasar dari Farel. "Lo nggak seharusnya ngelakuin ini, Lun," tutur Farell.

Farel menatap bengis pada Keanu. Menginjak tangan lelaki itu, tidak memberikan kesempatan padanya untuk kembali menarik pelatuk. Dengan sekali gerakan, Farel memberikan pukulan keras pada pelipis Keanu sehingga membuatnya kehilangan kesadaran.

Bersamaan dengan Atlair yang membawa Stella, Farel pun menggendong tubuh Luna yang sudah bersimpah darah. Ya, gadis itu mengorbankan diri untuk Farel. Sebelum itu, Atlair telah menghubungi pihak polisi untuk mengamankan Keanu.

"Simpel, karna aku cinta kamu."

"Lun, kondi–"

"Aku cuma nggak mau kalau kamu terluka, Alfa," potong Luna.

Farel terdiam, menatap lekat netra si gadis. Tidak dapat Farel tampik, tatapan Luna masih sama dengan beberapa tahun lalu, penuh cinta.

"Rasa aku masih sama Fa, baik dulu maupun sekarang," sambung Luna.

Farel mengurungkan niat untuk menghapus air mata Luna. bayangan Stella yiba-tiba saja muncul dalam pikiran cowok itu. Farel harus mempunyai batasan, Luna hanyalah masa lalu.

"Lo sendiri yang buat gue pergi Lun," kata Farel.

"Itu kesalahan terbesar aku."

Farel tertegun ketika mendengar penuturan Luna yang sarat akan penyesalan. Ia tidak akan mengelak fakta bahwa mereka pernah saling mencintai. Luna memiliki peran penting dalam hidupnya dulu.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang