Part 29

8 3 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Farel mengerang frustasi. Bagaimana tidak, Stella tidak ada memberi kabar padanya. Saat mengunjungi rumah gadis itu terlihat seperti tidak ada kehidupan di dalam.

Keisya, selaku teman dekat Stella saja tidak tahu menahu, dan lagi sahabat Farel dari SMP itu ternyata sudah putus dengan Atlair. Hal ini membuat Farel semakin yakin kalau ada yang tidak beres.

Mengunjungi rumah Stella menjadi rutinitas yang Farel lakukan satu minggu terakhir. Sudah puluhan bahkan ratusan kali Farel menghubungi ponsel Stella dan Atlair. Namun, hanya suara operator yang terdengar. Alat pelacak yang Farel sisipkan pada kalung Stella menujukan alamat rumah ini.

"Bi!" seru Farel. Akhirnya Farel bisa bertemu dengan asisten rumah tangga Stella. Wanita paruh baya itu pasti tahu sesuatu.

"Den Farel."

Dapat Farel lihat raut terkejut yang sangat ketara dari Bi Inah. Namun, Farel tak begitu memikirkan, sekarang yang terpenting adalah Stella.

"Bi, di mana Stella?"

Tidak ada jawaban, Bi Inah bungkam. Farel menangkap kegugupan dalam matanya. "Bi, tolong. Farel berhak tau di mana Stella."

"Mari Den, masuk dulu."

Farel mengangguk cepat serta mengikuti langkah Bi Inah "Den Farel tunggu sebentar ya di sini."

Farel hanya mengangguk, menunggu kedatangan Bi Inah dengan harap-harap cemas. Jantung Farel mendadak maraton ketika tangan keriput Bi Inah menyodorkan sebuah kotak.

"Apa, Bi?"

"Maaf, Den. Bibi nggak bisa bantu lebih. Bibi hanya menyampaikan amanat dari Non Stella. Sekarang Den Farel bisa pulang," jelasnya.

Tubuh Farel mendadak lemas, di pikiran cowok itu hanya ada spekulasi negatif saja. Apakah Farell kembali ditinggalkan?

"Bi, Farel mau ketemu Stella."

"Non Stella tidak ada di sini Den," jawabnya.

Farel beranjak dan mengambil benda yang Bi Inah sodorkan. Bukannya keluar, Farel justru melangkah ke arah tangga, dia akan memeriksa kamar Stella.

"Den, Bibi mohon, pergi sekarang."

"Tolong Bi, aku cuma mau mastiin kalau Stella ada di kamar. Sebentar aja," lirih Farel.

Farel kembali melanjutkan langkah. Diamnya Bi Inah Farell anggap sebagai persetujuan. Hawa dingin menyeruak ketika Farel membuka pintu kamar Stella.

Rapi. Seperti tidak dihuni. Barang-barang Stella pun sudah tidak lengkap seperti terakhir kali Farel menginjakan kaki di sini. Farel berjalan lemas menuju ranjang Stella dan mendudukan diri. Bunga Ranuncullus yang mengering masih tersimpan dalam vas. Begitu juga dengan noted huruf D yang berarti "Dirga".

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang