Part 30

14 3 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Apa kabar kesayangan Ayah?

Semoga Ica selalu baik dan bahagia serta dalam lindungan-Nya.

Maaf, Ayah pergi sebelum bisa membahagiakan Ica.

Ayah berdoa semoga di kehidupan yang akan datang kita bisa bersama lagi dalam ikatan sebuah keluarga.

Ayah tau Ica gadis yang kuat.

Bahu Ica harus dikuatin lagi, semesta semakin keterlaluan bercandanya.

Ayah sayang Ica, selalu.

Stella melepas kaca mata bacanya, melipat kertas yang terlihat usang karena di makan usia dan menyimpan ke dalam laci. Selama ini surat dari Rafael menjadi salah satu kekuatan untuk Stella. Perlahan netra Stella menutup dan alam mimpi pun menjemputnya.

"Estella Danica. Saya memilih engkau menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dan saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hidup."

"Alfarellza Dirgantara. Saya memilih engkau menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dan saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hidup."

Stella tersentak kaget karena bunyi nyaring alarm yang ia buat. Entah mengapa detakan jantung Stella terasa berbeda hari ini. Mimpi barusan terasa seperti nyata, mengucapkan janji suci bersama Farel di atas altar. Stella memukul pelan kepalanya ketika sistem kerja si otak yang mulai ngawur.

Farel melonggarkan dasi yang berada di leher. Ia baru saja membereskan kekacauan yang ada di perusahaan cabang. Kalian pasti ingat ketika Kevin menelfon Farel. Dia memberitahu jikalau ada benalu dalam bisnis yang berada di AS, tepatnya Washington.

Hari sudah siang, tetapi udara justru semakin dingin. Bagaimana tidak, salju turun dengan deras. Sepertinya Farel harus menunda kepulangan. Farel menyeringai ketika pelayan resto menatap penuh minat padanya. Bahkan terkesan menggoda.

Sebegitu tampankah Farel hingga pesonanya tidak dapat ditampik oleh bule sekalipun. Seharusnya Stella menyesal karena telah meninggalkan Farel.

Pelayan tersebut langsung kesal karena sikap acuh Farel, dia pun pergi dengan menghentakan kaki setelah menulis pesanan pria itu.

Netra Farel menatap sekeliling, cukup ramai. Semua meja dan kursi terisi. Jika saja tadi perut Farel tidak meronta meminta di isi ia tidak akan sudi berada di tengah lautan manusia seperti sekarang.

Lihatlah banyak pasang mata yang sebagian besar adalah wanita terang-terangan menatap kagum padanya. Meskipun sudah terbiasa tetapi hal tersebut sangatlah mengganggu.

"Excuse me, could you share the table with us?"

Persendian dalam tubuh Farel seperti tidak berfungsi lagi. Debaran itu terasa kembali, setelah sekian lama redup. Telinganya tidak mungkin salah mengenali suara yang sangat Farel rindukan.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang