Part 17

12 6 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Kesalahpahaman dengan Farell sangat menyita pikiran Stella. Gadis bernetra hitam itu asik menggigiti bagian atas bolpoin, menatap tidak minat jajaran buku yang berada di hadapannya.

"Jangan kayak orang susah deh, makanin pulpen gitu," kelakar seseorang.

"Ih, ngagetin," dengus Stella.

"Gimana nggak kaget, kalau kerjaan kamu ngalamun terus?" tanyanya memyindir.

"Bang, kalau Farell tau kenyataan tentang aku yang nggak waras gimana?" tanya gadis itu sembari menatap iris Atlair.

"Ngomong apa, sih!" sentak pria itu.

"Fakta bang," lirihnya.

Stella beranjak dari duduknya, berjalan ke arah balkon. Semilir angin menyambut kedatangan gadis itu, memberikan ketenangan pada sang jiwa.

"Nih, minum dulu," titah Atlair.

Stella menampilkan senyum manis saat menerima sesuatu yang abangnya sodorkan. Gadis itu menghabiskan susu putih hangat dalam beberapa tegukan.

"Jangan kelamaan di sini." Atlair mengambil gelas kosong di tangan adiknya, sebelum pergi pria itu mengecup puncak kepala Stella.

"Makasih, Bang Atla."

"Jangan mikirin hal yang nggak penting, Stella," tegur Atlair.

Farell tengah menikmati sebatang rokok di balkon kamar, sembari memikirkan kejadian kemarin. Saat dirinya memarahi Stella. Entahlah, detik di mana Luna mengirimkan foto-foto itu, Farell langsung naik pitam.

Bukan tanpa alasan, cowok itu hanya takut kejadian beberapa tahun lalu terulang dan dirinya kembali merasakan kehilangan. Farell tersenyum miris saat mengingat tentang mantan kekasihnya.

Alfa mengembangkan senyum melihat ke arah tangannya. Saat ini, dia sedang berada di unit apartemen sang kekasih, Luna. Kedua orang tua gadis itu berada di Negeri Paman Sam, jadilah Luna tinggal sebatang kara.

Sudah berkali-kali Alfa mengetuk pintu. Namun, si pemilik tidak juga memunculkan batang hidungnya. Karena berpikir jika Luna sedang pergi, maka Alfa memutuskan untuk masuk, sekedar menyimpan bunga mawar merah itu.

Dirinya mengetikan beberapa digit angka yang menjadi password apartemen itu. Saat akan melangkahkan kaki keluar, Alfa mendengar suara yang bersumber dari kamar Luna.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang