Part 20

13 5 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Seorang gadis dengan langkah tergesa menghentikan taxi untuk segera menuju ke alamat yang nomor asing kirimkan. Stella bahkan lupa memberi kabar kepada Atlair. Tak terpikir dalam benak gadis itu jika abangnya pasti akan cemas karena tidak mendapati Stella di rumah sakit.

Untuk pertama kali setelah hari itu Stella menghubungi nomor Farell terlabih dahulu. Betapa terkejutnya saat suara perempuan yang terdengar. Gadis itu tidak bisa menyangkal jika si pemilik suara adalah Laluna Carina.

"Aku mau bicara sama Farell," tuturnya dengan nada datar.

"Cowok lo masih tidur, kecapean deh kayanya," jelas orang di sebrang sana.

"Ak-"

"Gue tutup," potong Luna, lalu terdengar suara jika panggilan terputus. Saat Stella berusaha menghubungi lagi, ponsel Farell sudah tidak aktif.

"Pak, tolong cepetan ya," titahnya pada supir taxi. Pria paruh baya itu langsung menuruti ucapan Stella.

Dirinya memegang pelipis yang tiba-tiba saja terasa pening. Lalu, sang supir menyodorkan botol berisi air mineral. "Neng keliatan pucet, minum dulu aja."

Stella tidak langsung menerimanya, dia lebih dulu meneliti wajah pria itu. Usai memastikan jika dia adalah pria baik, barulah Stella mengambil pemberian itu dan menenggaknya sampai tandas.

Selang beberapa saat pandangan Stella buram, rasa pusingnya pun semakin menjadi. Setelahnya, semua gelap, gadis itu kehilangan kesadaran.

Melihat Stella yang pingsan membuat supir itu tersenyum puas. Dia mengambil benda pipih yang tersimpan di dashboard, memanggil nomor yang diberi nama bos.

"Beres bos."

Orang itu mengambil ponsel Stella yang terjatuh dan mematikannya dengan segera. Sekarang, tugasnya adalah mengantarkan nona muda ini kepada sang tuan.

Atlair hanya menatap dalam diam makanan yang ada. Pikiran pria itu berkelana memikirkan ucapan Gino, dokter pribadi Stella. Kondisi Stella sekarang, persis seperti dulu, tidak mempunyai gairah untuk hidup.

"Diemin makanan itu dosa," tutur seorang gadis. Pria itu menatap datar si pemilik suara, siapa lagi jika bukan Keisya Agatha, kekasih kecilnya. Ralat, tunangan lelaki lain.

"Ngapain?" tanyanya dengan nada rendah. Keisya tidak menjawab pertanyaan yang Atlair layangkan. Dirinya hanya fokus menyorot netra Atlair, terdapat banyak luka dan beban.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang