Cover by @shana_publisher
Budayakan follow sebelum baca🧡🧡
Hidup Estella Danica sudah berantakan sedari gadis itu masih berumur lima tahun. Berawal dari kepergian ayah, kematian bunda di depan mata kepala Stella sendiri. Kehidupan Stella dapat diu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✨✨✨
Seorang gadis tengah menatap cermin. Hari ini penampilannya sangat berbeda. Senyum manis pun belum surut sedari bangun tidur. Tidak ingin mengulur waktu lebih lama, tangan mungilnya menyambar ransel yang berada di atas ranjang.
Keheningan membuat langkah gadis itu terdengar jelas ketika menuruni undakan tangga. Terlihat sosok yang sedang fokus menatap layar ponsel di depan sana. Setelah mendudukan diri, si gadis merasakan kecupan lembut pada puncak kepalanya.
"Pagi, Cantik," sapa seorang pria.
"Pagi juga, Abang," jawabnya.
Tangan pria itu terulur untuk mengacak surai si gadis. Namun, sang empu tidak menghiraukan. Dia fokus menikmati menu sarapannya–sandwich.
"Pelan-pelan, Stella."
Estella Danica.Kemungkinan besar kedua orang tuanya sangat menyukai bintang. Sehingga kata benda langit itu tersemat dalam arti nama Stella.
Atlair Oberon. Atlair bukan hanya sekedar kakak bagi Stella, melainkan ayah sekaligus ibu. Entah bagaimana nasib Stella jika tidak ada Atlair.
"Abang udah urus semua, kamu harus tepati janji kamu," ungkap Atlair sembari dengan serius.
Stella mengangguk. Gadis itu beranjak dari posisi duduk dan mencium pipi Atlair.
"Stella janji, Abang."
Atlair tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar jelas dari netra Stella. Lalu, mereka pun berjalan beriringan menjauh dari kawasan meja makan.
✨
"I hope this is a beginning of happiness. Later, everything will be fine." Setelah merapalkan rentetan kalimat tersebut dalam hati, Stella memasuki pelataran gedung yang menjadi tempat menimba ilmu.
Koridor telah ramai dipadati para siswa siswi SMA Saebom. Langkah kaki Stella terhenti saat pergelangan tangannya dicekal seseorang. Stella berbalik dan mendapati seorang gadis.
Stella mengerutkan dahi bingung. "Maaf, kenapa ya?" tanya Stella.
Mata Stella menyipit, otak gadis itu sedang berfikir keras. Bagaimana bisa Atlair tidak bercerita jika sudah mempunyai pacar, apalagi anak SMA yang pasti seumuran dengan dirinya.
"Kamu, pacar Bang Atla?" tanya Stella lagi.
Bukanya menjawab, si gadis justru menampilkan senyum lebar. Tiba-tiba Keisya menarik pergelangan tangan Stella agar mengikuti langkahnya. Mereka sampai pada ruangan yang Stella tebak adalah ruang kelas.
"Btw, kita satu kelas sama satu meja. Jadi, lets go Stella!" ajak Keisya semangat.
Belum sempat Stella mengucap satu patah kata, Keisya sudah lebih dulu menarik Stella masuk. Kondisi kelas yang ramai berubah hening saat mereka datang. Semua pandangan mengarah kepada Stella, khususnya kaum adam.