Part 28

9 3 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Gimana kondisi Stella, No?" tanya Atlair cemas.

Gino memgembuskan napas pelan. "Saya sudah memberikan obat penenang dengan dosis yang lebih tinggi, Mas."

Atlair mengacak kasar rambutnya, secara tidak langsung Gino mengatakan keadaan Stella tidak baik-baik saja. Perilaku Stella sama persis seperti dulu.

"Stella sangat membutuhkan ketenangan dan support dari orang terdekatnya," beritahu Gino.

"Kejadian penculikan beberapa waktu lalu menjadi pemicu utama mental Stella kembali menurun. Saya tahu jika Stella berpura-pura kuat di depan kita semua. Ada juga faktor lain yang membuat Stella tidak bisa menutupi semuanya. Menyakiti diri sendiri adalah cara Stella melampiaskan segala yang dia rasa," sambung Gino.

"Ini, resep obat baru Stella."

Atlair menerima sodoran kertas dari Gino. "Thanks, No." Atlair menepuk pelan bahu Gino dan mengantarkan dokter muda itu.

"Bi, tolong bersihin kamar Stella," pinta Atlair.

"Baik, Den."

Atlair tengah berada di taman belakang rumah, memikirkan ucapan Stella sebelum pingsan. Apakah Atlair harus membawa Stella pergi dari sini?

Seakan teringat sesuatu, Atlair kembali ke kamar Stella. Dia ingin tahu penyebab lain Stella bisa sehisteris itu?

Untung saja ponsel Stella masih bisa dinyalakan meskipun terdapat beberapa retakan di layar. Atlair membuka benda pipih milik Stella. Menggulir semua hal yang mempunyai potensi berarti.

"Astaga," erang Atlair.

Pantas saja Stella drop, akun sosial media gadis itu banjir hujatan netizen. Terlebih ada akun fake yang mengirim sebuah foto. Atlair menatap tidak percaya pada dua orang yang tengah berciuman—Luna dan Farel.

"Den, di luar ada Den Farel."

Atlair mengangguk dan beranjak berdiri sembari memasukan ponsel Stella dalam sakunya. Kemarahan Atlair memuncak ketika melihat Farel datang dengan tampang tidak merasa bersalah.

"Ngapain?" tanya Atlair dingin.

"Ketemu Stella, Bang."

Atlair menggelengkan kepala. Menatap tajam Farell. Si empu pun mengerutkan dahi, bingung dengan sikap Atlair yang seperti menabuh genderang perang.

"Gue bikin salah?" batin Farel.

"Mending lo pergi!"

"Bang, gue mau ketemu Stella," tolak Farel.

"Gue bilang nggak ya nggak! Stella lagi istirahat, nggak bisa diganggu."

Farel mengalah, cowok itu tidak ingin membuat keributan di kediaman Stella.Farell merogoh kantung jaket kulit dan meletakan surat dari Luna ke atas meja.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang