Part 26

15 5 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Ngapain Bang Atla ke sini?" tanya Farell.

"Gapapa, mau liat keadaan aku aja karena udah nyelamatin pacar adiknya."

Farell tetap mengangguk meskipun tidak percaya pada ucapan Luna. "Gue ke sini mau cek kondisi lo, sama nganterin titipan Bunda."

Luna tersenyum, menerima shoping bag berukuran sedang yang Farel sodorkan. Setelah di buka ternyata masakan rumahan. Tanpa menunggu Luna pun makan dengan lahap.

Setelah Farel menceritakan kejadian beberapa hari terakhir kepada Renata. Wanita paruh baya itu sangat prihatin dengan kondisi Stella dan Luna. Maka dari itu, Renata berinisiatif membuatkan masakan rumah untuk keduanya.

Setelah kepergian Farel, Luna membereskan barang-barangnya. Ia akan pulang malam ini juga, tanpa sepengetahuan Farel.

Luna mengambil kartu akses masuk ke dalam apartement, pintu pun terbuka. Berjalan menuju kamar. Luna terduduk dengan bahu lemas, tangannya bergerak menuju laci, mengambil sesuatu dari dalam.

Luna menatap dalam sebuah surat yang berada di tangan. Pikiran Luna melayang pada kejadian beberapa bulan lalu, ketika menemukan Rafael—ayah tirinya—tergeletak tidak bernyawa.

Meskipun Luna tidak memiliki hubungan darah dengan Rafael, pria paruh baya itu begitu menyayangi Luna seperti puteri kandung sendiri.

Luna menyimpan pil pahit dalam hidupnya seorang diri. Ketika usia Luna yang masih belia harus menyaksikan pertengkaran orang tuanya, setiap waktu.

Pada saat kecil, Luna tidak tahu apa masalah yang menyebabkan Ibu dan Ayahnya selalu beradu argumen. Baru beberapa tahun lalu, Luna mengerti segalanya.

"Kau tahu kan aku tidak pernah sedikitpun mencintai Alan!" bentak Remora.

"Aku hanya mencintai dirimu Raf," sambung Remora lirih.

Luna yang akan menggerakkan kenop pintu pun mengurungkan niatnya. Luna ingin tahu hal apa yang sedang Ibu dan Om Rafael bahas.

Alan adalah Ayah kandung Luna. Beliau pergi tanpa pamit meninggalkan Luna dan Remora. Dengan waktu yang berasamaan Rafael datang dan menikahi Remora.

Remora selalu bungkam setiap kali Luna menanyakan alasan Alan pergi sekaligus tentang Rafael.

"Apa masih kurang dengan aku yang sudah meninggalkan keluargaku dan memilih dirimu?" tanya Rafael lemah.

"Kau dan obsesimu sudah sangat keterlaluan!" tungkas Rafael.

"Aku sudah memutuskan akan kembali pada keluargaku."

"Berani kau melangkah lagi, aku tidak segan membunuh diriku sendiri," ancam Remora.

"Sadarlah Remora, masih ada Luna yang membutuhkanmu!" peringat Rafael.

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang