30: Expectation

876 84 5
                                    

Olivia melirik jam tangan nya dan menunjukan jam pulang, ia sudah cukup lama duduk di perpus ini. Olivia melepas kacamata baca nya dan melepas ikat rambut nya, ia bersolek sedikit dan hasil nya sempurna.

Dia bukan Olivia yang sama saat pertama kali kesini, ia membuka dua kancing atas seragam nya dan memotong rok agar menjadi sepan. Mulai dari sepatu, ikat pinggang, dan jam tangan semuanya adalah barang branded.

Baru saja Olivia keluar dari perpus semua anak IPS memandangi nya ada yang takjub dengan kecantikan nya ada juga yang mencemooh karena iri.
I'm Queen for myself” ucap nya pada diri sendiri.

Olivia sampai di pintu kelas nya, dan ia tak tau Aksel ada di sana menjemput Lulu.
Good afternoon Mrs, Lesbian” ucap Aksel dengan enteng yang mana semua murid disana langsung tertawa.

Olivia tersenyum anggun.
“Owh selamat siang juga tuan 'anak mami'” karena ini semua anak-anak makin tertawa.

Aksel mengeras.
“Tau apa Lo soal hidup gua! Gua bukan anak mami dasar lesbian sotoy”

Olivia tertawa keras lalu bertepuk tangan setelah itu dia langsung mengubah wajah nya menjadi sangat dingin.

“Dengan menuruti perkataan mami mu untuk memutuskan Nissa yang jelas kau sangat mencintai nya, lalu belajar bahasa Jepang untuk bisa mengalahkan ku. Atau harus ku sebutkan lebih banyak lagi agar bisa membuktikan kalau kau anak mami” Aksel membeku, Lulu yang di samping Aksel tertegun bahkan Nissa yang baru saja sampai pun kaget.

“Olivia ada apa? Apa maksud perkataan mu tadi?” Olivia senyum ke Nissa.

“Tanyakan pada si anak mami, sampai kapan dia bisa memutuskan sesuatu untuk hidupnya sendiri tanpa persetujuan mami nya. Menyedihkan” Olivia masuk ke kelas nya dengan sengaja menyenggol Aksel keras.

Aksel yang hampir jatuh segera dibantu Lulu.
“Aksel kamu gak apa-apa?” Aksel menepis Lulu lalu melihat kearah Nissa.

“Gak guna lo semua” Nissa menatap Aksel kasihan lalu menatap Lulu tajam, ia benci orang bermuka dua.

Saat Nissa masuk suasana kelas Resti ternyata sedang tidak baik bahkan bisa dibilang mau ancur.
“Mau lo apa Lonte! Sampe lo ngeblokir setengah dari kita buat masuk universitas”

“Lo kalo bercanda ga lucu anjing! Lagi emang kita langsung percaya gitu aja sama omongan lo!”

Olivia membungkam mereka semua setelah menunjukan video saat ia memberikan nama murid yang di blacklist untuk seluruh universitas di dunia karena kurang nya sikap dan attitude, yap ia memberikan nya langsung pada menteri pendidikan saat acara amal kemarin.

“Kenapa kau sangat jahat!”

Olivia hanya menahan amarahnya lalu  tersenyum licik.
“Aku jahat? Sebelum kalian tau aku seorang lesbian, kalian pun sudah merencanakan banyak hal jahat bahkan menukar nilai serta memanfaatkan diriku. Kalian pikir aku bodoh dan naif cih kalian yang bodoh”

“Aku masuk kelas ini berharap kelas bawah itu, memiliki usaha dan niat yang baik tapi ternyata selain nilai kalian yang terbelakang. Sikap dan usaha kalian juga terbelakang, bisa dibilang malas-malasan tapi menyalahkan kelas yang berusaha keras seperti IPA1. Itu sikap pecundang”

“Lo tau apa tentang kita hah!”

“KAMU YANG TAU APA TENTANG SAYA! Berani melempari saya dengan sampah. Harus saya bongkar dulu rahasia kamu agar kamu tak semena-mena!”

Devi, Resti, sama Bagas cuma diem. Ini bukan Olivia, sumpah Olivia orang nya gak sejahat dan sekasar ini tapi, mereka sadar kalo Olivia udah terlanjur sakit hati.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang