Kamar Resti seketika berubah menjadi bioskop dadakan, mereka semua setuju kalau kamar terpw di dunia itu kamar nya Resti. AC nya dua, kasur gede meskipun gak pake ranjang tapi tetep ena, tema kamarnya ungu-ungu ubi, TV Led sekaligus wi-fi nya ada di kamar Resti dan ada kulkas mini. Buku? Ditaro di kamar adeknya.
Masalahnya adalah meskipun film tetep jalan tapi yang nonton udah teler semua kecuali Olivia, yang sekarang lagi matiin TV sama nyelimutin teman-teman nya. Nissa sama Devi pelukan, Bagas tidur di perutnya Dave terus Resti ngeringkuk sendirian di pojok. Btw mereka bobo nya di tiker.
Seusai menyelimuti mereka semua, Olivia duduk di balkon kamar Resti. Suasana tenang ditemani dengan bulan dan bintang yang memancar cahaya terang. Tanpa sadar Olivia menyanyikan lagu favorit Dasya, Dasya akan tidur di paha Olivia dan merengek meminta di nyanyikan lagu ini oleh Olivia.
Lagu Alec Benjamin yang berjudul Let Me down Slowly mengalun indah dari suara Olivia, yang tanpa sadar membangunkan Resti. Resti melirik kearah balkon nya dan melihat Olivia sedang menyanyi namun nyanyian nya benar-benar menyiratkan kesedihan yang entah mengapa membuat Resti merasakan rasa sakit juga saat mendengar Olivia menyanyikan nya.
Resti berdiri lalu hendak menyusul namun tubuhnya kaku saat Olivia menyanyikan bait terakhirnya.
“If you wanna go then i'ii be so lonely if you're leaving baby let me down slowly”“Oliv kau tak apa kan?” Tanya Resti dan Olivia hanya berbalik sambil tersenyum. Tersenyum yang menyiratkan kesedihan nya.
Resti duduk di samping Olivia, ia ikut melihat bintang dan bulan yang ditatap oleh Olivia.
“Lu tuh gak adil! Gua udah nerima lu apa adanya, bahkan lu udah ngambil ciuman pertama gua. Tapi, lu gak pernah percaya sama gua. Gua sebenarnya temen lu bukan sih?” Olivia segera memandangi gadis yang disamping nya yang masih fokus pada bintang dan bulan itu.“Kau mau berteman dengan ku?” Resti kesel bukan main, jika dia tak mau berteman dengan Olivia mungkin Olivia udah ditendang ama dia gegara main cium anak orang. Tapi Resti santuy aja karena dia pengen temenan sama Olivia dengan apa adanya.
“Gua kalau gak mau temenan sama lu, lu udah gua tendang Liv! Jarang ngomong, gak asik, hobby nya ke perpus lah gua hobby nya ke kantin. Kita berdua beda dan karena alasan itu gua berpikir mungkin gua bisa berteman sama lu” Olivia tersenyum, Resti yang ngeliat Olivia tersenyum malah berpikir yang tidak-tidak.
“Eh lu jan macem-macem ama gua yah!” Olivia makin tersenyum lalu ia melepas gelang yang ada di tangan nya dan memasangkan nya pada Resti.
“Kita sekarang temenan!” Hanya dengan ucapan sederhana itu Resti tersenyum bahagia sambil mengangguk.
“Res aneh gak menurut kamu, kalau anak IPS9 nilai rata-rata nya bisa diatas IPA1?” Whutt Resti gak salah denger, IPS9 aja rata-rata terbesarnya lima. Ini mau ngalahin IPA1 yang rata-rata nya 9,9.
“Kalau kata guamah imposible” iya bacanya pake ble cem orang sunda.
Olivia tersenyum lalu tiba-tiba dia berbisik pada Resti.
“Kalau saya bisa menyaingi nilai rata-rata juara umum di sekolah kamu, maka kamu akan saya cium sampai pingsan” Ucap nya lalu masuk ke kamar dan tiduran di kasur. Resti jangan ditanya, udah mah ngeblush jantungan pula. Nasib jadi baperan gininih.
.
.
.
.
.
Sekarang pelajaran bu Ida, yang artinya sehabis ini akan pulang karena hari jumat itu memang cuma setengah hari dan sebagai pemberitahuan Olivia dah duduk ama Resti lagi. Anak IPS9 masih bandel cuma kali ini Resti, Bagas dan Devi ikut mencatat dan memperhatikan bu Ida.Seusai memberitahukan materi, Bu Ida melihat jam dan tersisa lima belas menit lagi.
“Apakah Tahun ini kita tak mengirim untuk lombar antarkelas?” Tanya Bu Ida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
General FictionRestiana Anggraeni, cewe menyenangkan dengan kemageran yang tiada tara. Sangat mudah bergaul dan memiliki banyak teman, serta aktif dalam kegiatan paskibra. Membuat gadis ini dicintai banyak orang. Seluruh kehidupan nya yang indah harus musnah karen...