34: Nissa

1.1K 113 13
                                    

Resti terlihat lesu, pagi ini ia langsung ke rumah Nissa Ia memikirkan semua perkataan Olivia semalam, ia memang percaya pada Olivia tak akan melakukan hal jahat seperti itu namun bukankah lebih baik untuk mengantisipasi.

Nissa kaget pas tau, Resti udah gedor-gedor rumahnya dengan seragam lengkap padahal Nissa mandi aja belum.
"Anjir, Res kirain gua ada kuntilanak" Resti bukanya menjawab, dia langsung masuk ke rumah Nissa.

"Niss, jujur sama gua! Lo gak nyari masalah kan sama geng nya Olivia?!" Nissa mengerutkan dahinya.

"Lo tau dari mana gua abis nyari ribut sama mereka" Resti langsung menepuk jidatnya.

"Lo ngapain nyari ribut sih?!" Nissa terlihat kesal.

"Karena, perbuatan mereka itu makin semena-mena dan Gua gak nyari ribut sama Oliv, gua ributnya sama mantan nya siapa tuh Dasya kalau gak salah. Coba lo bayangin aja Res, mereka meras orang-orang dengan aib terbesar, itu udah pelanggaran hak pribadi gak sih?" Resti bingung, yang dikatakan Nissa memang benar tapi Olivia gak akan ngelakuin hal kaya gitu kalau gak Bener-bener penting.

"Intinya lo hari ini jangan masuk!" Nissa melotot.

"Lah kan gua latihan paskib sama lo" Nissa masih ngeyel.

"Tolong Niss, kali ini dengerin omongan gua. Ntar gua yang minta izin" Nissa awalnya engan namun melihat Resti yang bersikeras akhirnya ia mengangguk.

"Yaudah gua otw sekolah, dan lo jangan pernah berpikir ke sekolah hari ini!" Nissa cuma mengangguk tak niat, Resti sendiri tersenyum.

Disisi lain, Dasya sedang asik mengutak-atik ruang radio sambil mengunyah permen karetnya. Ia sudah sangat siap untuk menghancurkan orang bernama Nissa itu hari ini, Dasya pastikan Nissa tak akan pernah berani memunculkan wajahnya di sekolah ini lagi.

Selagi Dasya menunggu kedatangan Nissa melalui ponsel nya yang tersambung CCTV sekolah, Olivia masuk dan mematikan ponsel Dasya.
"What's wrong with you?!"

"Aku berubah pikiran, kau tak boleh menganggu Nissa" Dasya tampak tak Terima.

"Kau mengizinkannya kemarin, kenapa sekarang berubah?" Olivia hanya menatap datar.

"Bukan urusanmu" Dasya tersenyum jahat lalu ia tertawa.

"Wait, jangan bilang kau menganggap orang-orang itu teman mu? Atau kau sudah meniduri Resti makanya kau menjadi kacung mereka sekarang" inilah yang membuat Olivia malas melarang Dasya, gadis itu akan memojokan nya dan memaksa sampai ia mendapatkan tujuan nya.

"Sejak awal aku terbiasa tak memiliki teman, aku hanya malas kembali di bentak oleh kepsek karena melakukan hal-hal aneh" Dasya malah semakin kesal. Ia mendekat ke arah Olivia.

"Sayangnya, aku tak pernah percaya padamu. Kau lebih jahat dariku Olivia, apa yang membuat mu berubah pikiran atau kau punya cara untuk menghancurkan mereka? Katakan padaku" Olivia sudah tak bisa beralasan lagi, tak mungkin ia mengatakan bahwa ia menganggap Resti dkk adalah teman nya.

Olivia menatap Dasya tajam.
"Kau benar, aku meniduri nya" Dasya menjauh lalu tersenyum.

"Ahh baiklah aku paham, lanjutkan sikap brengsek mu itu nona Zeyqueen" Dasya pergi dari sana, lalu saat Dasya keluar ia sedikit mengangkat ponsel nya dan terlihat bahwa ponsel itu merekam semua perbincangan mereka.

Olivia menatap tak percaya, ia di jebak.
"Maafkan aku tapi seperti nya kau kalah kali ini" senyum Dasya merekah lalu keluar dengan gembira dari ruang radio itu.

Olivia masih terdiam disana, dia sudah tamat. Sejak awal ia harusnya tak menggajak gadis itu sekarang Dasya bisa mengendalikan dirinya, bukan hanya itu Dasya juga bisa merebut hak akusisi sekolah itu dan mengubah semuanya dengan kemauan dirinya sendiri.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang