35: Reason

1.4K 78 5
                                    

Dasya sampai di rumah, ia mencari Olivia tapi tak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu. Dasya semakin kesal, ia mengacak kamar Olivia dan tidak peduli jika gadis itu akan marah padanya.

"Just one step, and i'm lose again" Dasya terduduk, ia hanya ingin menang dari Olivia meskipun itu sekali tapi kenyataan nya ia akan selalu kalah.

Dasya keluar dari kamarnya Olivia, lalu di ruang tengah ada Olivia yang tersenyum sambil memegang ponsel Dasya. Dasya membulatkan matanya.
"Kembalikan!!" Dasya berlari kearah Olivia, Olivia sendiri bukanya menghindar ia malah menjambak rambut Dasya.

"Ini ku kembalikan, tapi jangan harap ponsel mu akan kembali seperti semula. Aku sudah memasukan virus di ponsel mu jika kau mencadangkan nya sekarang itu sudah terlambat" Dasya kesakitan, Olivia mendorong Dasya. Dasya hanya menatap ponsel nya dan mulai menyalakan nya, benar saja ponsel nya mengalami glitch.

Dasya menahan kesal nya, ia ingin menangis saat ini juga.
"Kenapa kau selalu menghancurkan rencana ku Olivia?!! Kenapa?!"

"Aku selalu berbuat baik, aku mengejar dirimu bagaikan kau Tuhan, aku menuruti semua keinginan mu tapi kau memutuskan ku hanya karena masalah sepele!! Lalu kau menghancurkan semua rencana ku! Kenapa?!"

Olivia hanya berwajah datar.
"Jawaban nya mudah, karena aku tak pernah menyukai mu"

"Dengan otak seperti mu harusnya kau sadar aku tak pernah menuruti keinginan mu, bersikap acuh, bahkan berselingkuh. Kau saja yang terlalu naif atau lebih tepat nya bodoh" Dasya hancur detik itu juga, ia harusnya sadar bahwa Selamanya, Olivia adalah Olivia. Dasya sungguh bodoh bisa berpikir bahwa Olivia berubah dan berharap bisa menyukai nya secara tulus dengan mengancam nya.

"Kamu benar aku yang bodoh. Sepertinya tidak ada harapan lagi, bolehkah aku pergi dari sini?" Olivia masih berwajah datar.

"Pintu rumah ini selalu terbuka" Dasya mengangguk lemas.

Ia ingin ke kamarnya, tapi sebelum Dasya pergi. Dasya mendekati Olivia dan menatap gadis itu untuk terakhir kalinya. Olivia memang cantik, bukan hanya cantik tapi kharisma dan ketegasan begitu jelas di wajah gadis itu.
"Olivia, jangan sakiti siapapun lagi"

Olivia menatap Dasya tajam, Dasya pergi ke kamar nya meninggalkan Olivia yang berdiri tegang. Entahlah Olivia sendiri tidak mengerti kenapa jiwanya selalu ingin balas dendam bahkan hanya dengan sekedar ledekan orang. Rasa benci itu, benci terhadap anak kelasnya, ia hanya takut tak bisa mengontrol dan berujung menghabisi mereka semua.

Alasan dari sikap Olivia selama ini, didasari oleh kejadian tak menyenangkan saat sekolah dasar dulu. Olivia anak dari keluarga konglomerat, jenius, dan sangat baik terhadap sesama. Di usia nya yang menginjak 10 tahun, Olivia mengerti gelap nya dunia. Di khianati sahabat sendiri, menjadi percobaan pembunuhan dari musuh bisnis ayahnya, dan yang paling menyakitkan ialah menjadi korban pelecehan tukang kebun rumah nya. Mungkin, hal ini juga yang membuatnya menjadi seorang yang menyukai sesama jenis.

Olivia sadar dunia ini penuh dengan orang jahat, jika kamu tidak lebih jahat maka kamu akan tersingkir. Itulah prinsip yang Olivia pegang selama ini. Olivia menyeka air matanya yang turun tiba-tiba, bagaimanapun ia memiliki rasa iba pada Dasya dan usaha keras gadis itu tapi sekali lagi Olivia selalu berpegang pada prinsip.

Dasya muncul dengan kopernya lengkap saat datang kemari, ia pergi sambil menangis melewati Olivia yang masih membatu di tempat yang sama. Dasya masih terdiam di pintu, berharap gadis itu berbalik tapi bukan nya berbalik Olivia malah maju ke depan.

Dasya menangis keras lalu pergi dari sana dengan cepat. Di halaman saat Dasya baru saja menaiki taksi, empat bule lainya yang baru saja pulang makan siang melihat Dasya meninggalkan tempat persembunyian.
"Ada apa dengan nya?" Tanya Miley heran, karena Dasya terlihat terburu-buru.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang