Green Thai Tea

736 24 6
                                    

Setiap weekend begini, biasanya banyak orang yang bersepeda di jalanan kota. Terutama para remaja, banyak yang menghabiskan waktu liburnya bersama teman sekolah. Sebenarnya hampir setahun ini sudah menjadi hari libur rutin nasional. Rasa rindu menjadi alasan untuk bertemu teman di saat dunia sedang tidak baik baik saja. Beberapa orang masih takut berada di luar rumah. Ketika keluar diwajibkan untuk memakai masker dan selalu membawa handsanitizer. Mela justru menikmati hari liburnya, mengisi waktu luang menjadi seorang penulis. Membuat artikel mengenai seduhan kopi. Saat ini banyak kafe yang menyediakan berbagai macam rasa kopi. Dengan sangat mudah Mela bisa mengunjungi berbagai tempat lalu menulisnya ke dalam blog miliknya.

Sangat menyenangkan, ketika bakat yang selama ini dianggap sebagai hal yang biasa saja. Justru bisa menghasilkan uang di saat pandemi seperti ini. Meski uang yang dihasilkan hanya cukup untuk menghabiskannya dengan membeli berbagai menu yang ada di Kafe. Mela bersyukur bisa berkeliling, mencicipi, tanpa uang orang tua.

Kehidupan Mela memang tidak sebaik postingan. Banyak yang berkomentar baik tentang dirinya. Mendukungnya melalui akun sosmed untuk terus aktif dalam membuat Blog. Ibarat barang tanpa cacat. Terlihat sangat mulus dari luar. Begitu juga dengan Mela selalu tersenyum meski hatinya rapuh.

Alasannya menjadi Blogger adalah untuk bisa menghindari perseteruan orang tua yang sering terjadi di dalam rumah. Mereka seakan berperang melempar barang lalu membelinya lagi. Hingga menghabiskan banyak uang untuk hal yang tidak berguna.

Disini, Mela menemukan minat yang membuatnya berpikir dan menuangkan idenya melalui tulisan. Segala pengalaman yang dialaminya selama berkunjung ke berbagai tempat. Menyadarkannya bahwa dunia tidak seluas telapak tangan. Orang orang berkumpul menikmati secangkir kopi. Dengan merogoh kocek yang tidak sedikit demi untuk bisa berkumpul bersama teman.

Tawa canda hanya sekedar pelengkap dalam hidup. Menunjukkan bahwa "Aku baik baik saja."

Untuk pertama kalinya Mela memakai sepeda dari hasil uang yang disisihkannya dari menulis artikel. Sudah hampir setahun menjadi penulis, dan ini hasilnya sebuah sepeda yang tidak terlalu mahal. Namun bisa membawanya ke tempat tujuan yang direkomendasikan oleh penggemarnya melalui kolom komentar.

Terakhir kali Mela menggunakan sepeda saat itu masih berada di bangku SD. Tidak ingat lagi alasan apa yang membuatnya berhenti menggunakan kendaraan itu. Yang jelas kendaraannya saat itu menjadi primadona pada masanya. Kini terparkir rapi di gudang dan sudah berkarat.

Mela kembali mencobanya meski tertatih. Kaki terasa pegal dan betis terasa membesar. Sudah satu jam Mela mengkayuhnya hingga berhenti di sebuah Kafe yang ramai pengunjung. Sebuah rumah yang dijadikan tempat kuliner. Sangat unik dan modern.

Mela tertarik dan berkunjung diantara keramaian. Tidak ada tempat untuk duduk. Jujur saat ini Mela merasa sangat lelah dan ingin sekali menikmati minuman dingin untuk menghilangkan dahaga. Kopi dingin yang pertama kali terlintas dipikirannya. Ketika dilihat, pengunjung kafe disini tidak ada yang memesan kopi. Semua menikmatinya dengan riang. Terlihat jelas dari cara mereka menikmatinya. Sangat menggugah selera.

Bersepeda membuat Mela lapar. Dan tempat ini yang menarik perhatian orang orang. Mela baru mengetahui tempat ini berkat penggemarnya. "Sepertinya baru buka." pikirnya.

Seorang lelaki tinggi mengahampirinya dan berkata, "Mau saya carikan tempat?" katanya.

Mela mengangguk dan mengikuti lelaki tersebut hingga ke suatu tempat berada di dalam rumah. Kafe ini terletak di beranda rumah. Karena tempat diluar sudah penuh dan tidak mungkin merembet hingga ke halaman tetangga. Lelaki itu menyediakan tempat untuk Mela.

Disini lebih nyaman dengan suhu udara yang dingin. Gerah pada tubuhnya sejenak hilang. Lelaki itu menyerahkan buku menu untuk memesan. Berulang kali Mela membolak balikkannya sekitar lima belas menit. Namun, belum bisa menentukan pilihannya.

Lelaki itu menghampirinya kembali dan menyarankan minuman yang disukai banyak orang dengan rasa yang sedikit berbeda yaitu Green Thai Tea.

"Maaf aku tidak terlalu menyuka teh." kata Mela menolak. Lelaki itu meyakinkannya dan berkata, "Kalau tidak suka minuman ini kuberi gratis untukmu." sarannya yang membuat Mela menyetujuinya.

Dalam beberapa menit minuman dan pisang nugget tiba dihadapannya.

"Terima kasih." kata Mela melihatnya sedikit ragu.

Lelaki itu kembali ke luar melanjutkan pekerjaannya melayani pelanggan yang mulai rusuh. Pesanan datang sedikit lama dikarenkan pengunjung yang membludak. Meski telah dilakukan protocol kesehatan dengan menjarakkan meja. Tetap saja tidak bisa ditanggulangi.

Pelayan kafe disini hanya ada dua orang dikarenakan Kafe yang baru buka sekitar lima minggu. Tidak disangka akan ramai seperti ini.

Mela mulai meneguknya dengan sekali tegukkan. Rasanya sangat nyaman ditenggorokan. Makanan dan pisang nugget sangat cocok disajikan bersamaan. Mela berpikir untuk membuat artikel tentang kafe ini di blog miliknya. Namun menu ini tidak cocok dengan tema blognya. Sangat disayangkan orang lain tidak bisa mencicipi menu disini. batinnya.

Lelaki itu kembali menghampirinya ketika semua pesanan telah dipenuhi. Dia duduk terengah menghembuskan nafas panjang dengan keringat yang mengalir di dahi. Saat hendak mengusap keringat Dia terlihat sangat keren. Secara diam-diam Mela memotretnya, disimpan untuk dirinya pribadi.

Bahkan saat di foto lelaki itu terlihat lebih keren tanpa efek.

"Bagaimana minumannya?" kata lelaki itu.

"Aku suka." jawab Mela singkat.

"Selamat kamu orang pertama yang mencicipinya." kata lelaki itu dengan senyum yang sedang ditahan.

Mela masih terlihat bingung. Jelas sekali minuman itu ada di buku menu. Pastilah sudah ada orang lain yang meminumnya.

Lelaki itu yang paham dengan ekspresi Mela lalu menjelaskannya, "Buku menu itu dibuat khusus untukmu."

"Kamu tahu aku." tanya Mela kembali.

"Aku adalah penggemarmu. Aku yang merekomendasikan Kafe ini untukmu." katanya yang membuat Mela tersipu malu.

Mereka saling melempar senyum. Mela berdiri dari tempatnya. Menjulurkan tangan untuk berkenalan. "Namuku Mela."

"Aku sudah tahu." Lelaki itu menggengam lembut tangannya "Aku Ferri. Dan ini kafe temanku."

Sejak itu Mela menjadi penikmat teh dan tidak melupakan kopi. Berkat kopi Mela bisa bertemu dengan pembuat varian teh. Setiap Mela memposting artikelnya, Ferri mengambil alih komentar pertama dengan emot lucu. Mereka tidak pacaran, karena Feri sudah mempunyai pacar dan Mela masih seorang pelajar dan fokus pada artikelnya.

Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa beri vote dan tinggalkan komentar ya 😀😉

Semoga kalian suka dengan ceritanya 😁😎

Aku juga mau rekomendasikan cerita yang lainnya: Pernah Berakhir

                                                                                                              : Teka Teki Sepatu

Kalian juga boleh follow akun sosmedku juga: Instagram dan Tiktok @Sucimutiara96

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang