Kesempatan yang Hilang

368 12 0
                                    

            Satu bulan lagi kita akan resmi menjadi sepasang suami istri. Sekian lama mengumpulkan uang demi untuk menikahimu. Impianmu akan terkabulkan satu persatu. Tunggu saja, sebentar lagi. Aku butuh dukunganmu. Biar aku saja yang berusaha. Kamu cukup santai dan menyemangatiku. Itu saja sudah cukup. Kita yang akan menikmati hasilnya nanti.

Dari catering, Undangan, souvenir, serta pesta outdoor yang kamu inginkan semuanya telah aku persipakan. Gaun putih yang kamu inginkan serta serba serbi resepsi lainnya. Aku persiapkan meski harus begadang dan lembur tanpa istirahat seharipun.

Apa kamu tahu aku pernah di rawat di rumah sakit. Kata dokter sih, kelelahan. sehingga harus di rawat selama seminggu. Saat itu kita harus menunda pertemuan untuk sementara. Dengan memberi alasan aku kerja di luar kota. Kamu jangan khawatir semuanya sudah berakhir sejak setahun yang lalu.

Kamu tidak pernah meminta kepadaku langsung tentang keinginanmu. Tapi aku tahu apa yang kamu impikan. Dari ceritamu setiap pulang kerja melewati banyak toko yang menjual berbagai macam barang dan pernak pernik. Setiap kali kamu cerita, aku tahu kamu menginginkannya. Kamu juga pernah berkata pernikahan seperti putri kerajaan sangat indah. Dari matamu aku tahu kamu sangat menginginkannya. Tenang saja, ada aku disini untuk mengabulkannya. Meski aku tidak punya robot canggih seperti Doraemon yang mempunyai kantong ajaib. Bisa mengeluarkan segala permasalahan hidup Nobita.

Hari ini aku harus bertemu dengan Adelia. Gadis cantik yang akan bersanding denganku satu bulan lagi. Tidak seperti biasanya mengajak di siang hari. Saat matahari terik menyayat kulitku yang putih ini.

Aku tidak ingin Adelia menunggu. Aku yang harus datang pertama.

Aku tiba di tempat saat pertama kali kita bertemu. Perpustakaan yang menjadi saksi cinta kita. Masih teringat jelas. Ketika kamu kesulitan mencari buku novel karangan Raditya Dika "Koala Kumal". Padahal buku itu ada dihadapanmu. Aku tersenyum tipis menunjukkannya padamu. Dan kamu bilang, "Tadi kayaknya nggak ada di sini deh. Apa kamu baru meletakkannya di sini." Aku tidak menjawab dan duduk di antara lorong, meski sudah di larang oleh karyawan toko di sini. Sejak itu kita sering bertemu sampai saat ini kita akan menikah satu bulan lagi.

"Adelia. Kamu sudah sampai." kataku. Duduk dihadapannya.

Adelia sedang memegang buku novel karyaku yang telah terjual di banyak toko buku. Ini adalah karya pertamaku yang terbit setelah puluhan kali di tolak. Akhirnya dari hasil penjualan buku. Aku dapat meminang Adelia.

"Kamu sudah baca bukunya?" kataku. Mengambil buku dari tangannya. "Gimana kamu suka ceritanya?" tanyaku kembali dengan senyum yang selalu terpasang untuknya.

"Judulnya kenapa seperti ini?"

"Ada yang salah dengan judulnya?" kataku. "Bagus kok judulnya, "Sepatu yang hilang."

"Selamat kamu berhasil mewujudkan segalanya untukku." kata Adelia. Tatapannya memberikan makna yang tidak menyenangkan.

"Kamu suka?" tanyaku kembali.

"Aku nggak mau membahas buku ini. Aku mau kita akhiri saja sampai di sini." kata Adelia.

Deg!

"Maksudnya berakhir?" tanyaku. Perasaanku mengatakan bahwa ini sungguh berakhir. Aku hanya ingin memastikan kembali.

"Aku mau kita putus sebelum menikah." kata Adelia.

"Nggak semudah itu Adelia. Aku sudah mempersiapkan segalanya untuk pernikahan kita." kataku.

"Tinggal batalin aja, apa susahnya sih, atau kamu merasa rugi sudah mengeluarkan banyak uang?" kata Adelia meyinggung perasaan Roby.

"Kenapa tiba-tiba seperti ini?" Menanyakan lebih jelas alasan pembatalan nikah.

"Kamu nggak punya kerjaan yang jelas."

"Kenapa baru sekarang kamu perasalahkan? Adelia sekarang aku sudah menjadi penulis dan lihatlah karyaku laris manis di toko buku. Aku bisa belikan kamu semuanya." jelas Roby tetap mempertahankan hubungannya.

"Penulis itu banyak yang hidup miskin dan aku tidak mau hidup miskin terus. Sekarang emang laku. Gimana besok, selanjutnya. Kalau kita sudah berkeluarga. Anak-anak kita. Dunia ini kejam Rob." kata Adelia.

"Bukan dunia yang kejam. Kamu yang terlalu ambisi untuk menjadi kaya."

"Sudahlah. Jangan berdebat lagi. Aku pergi."

Adelia beranjak dari tempatnya menuju pintu keluar. Disana seoarang pria dengan celana pendek membukakan pintu untuknya. Aku segera mengejar Adelia untuk memperjelas semuanya.

"Adelia." panggilku. Saat Adeliahendak masuk ke dalam mobil Ferrari 488 Pista Rosso Corsa. Langkahku terhenti dan pahammengapa hubungan kami berakhir. Ini adalah mobil impiannya. Dan aku tidak mampumembelinya. Meski sebesar apapun usahaku. Kalau tidak ditakdirkan untukku. Maka aku akan ikhlas. 

 Aku pergi untuk membatalkan segalanya. Meski uang tidak sepenuhnya kembali. Aku masihbersyukur semua ini tidak terjadi setelah aku menikah. Itu adalah kisah cintaku empat yang lalu. Kini aku telah menjadi penulis terkenal. Hidup bergelimang harta meski belum mempunyai pasangan hidup. Usahaku maju pesat.

Banyak gadis yang menginginkanku untuk menjadi kekasihnya. Aku belum siap.Sungguh luka ini masih ada. Belum pulih dan Adelia kini hidup dengan kekayaanyang berlimpah dan keluarga yang berantakan. Sesekali Adelia menghubungiku untuk bertemu. Sekedar curhat tentang penyesalannya mencampakkanku. Aku sering mengatakan untuk sabar dalam sebuah proses hidup. Tidak ada yang instan untuk sampai ke puncak. Banyak rintangan yang harus di lewati. 

Gambar diambil dari : https://bit.ly/3jxVNUJ

Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa beri vote dan tinggalkan komentar ya 😀😉

Semoga kalian suka dengan ceritanya 😁😎

Aku juga mau rekomendasikan cerita yang lainnya: Pernah Berakhir

                                                                                                              : Teka Teki Sepatu

Kalian juga boleh follow akun sosmedku juga: Instagram dan Tiktok @Sucimutiara96

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang