Berawal dari social media, Nana membuka akun Facebook hanya sekedar melihat foto yang pernah di postingnya saat masih SMP. Dia menyadari dirinya yang dulu sangat aneh lalu menghapus beberapa foto yang menurutnya tidak bagus. Padahal banyak komentar lucu dari teman temannya sebagai kenangan. Rasa tidak percaya diri membuatnya harus mengubur kisah lama yang mengkoleksi banyak foto alay.
Satu pesan diterima. Seseorang tidak dikenal menyapanya dengan kata, "Hay". Pesan tersebut diabaikan begitu saja. Sudah banyak yang meminta kenalan dengannya dari kata kasar hingga pelecehan.
Selama satu jam, di meja kerja bersama cemilan. Nana sibuk membalas komentar para netizen dengan kata pedas. Membela para idolanya dari berita yang belum tentu kebenarannya. Banyak akun gossip yang menyebarluaskan berita untuk mengadu domba dua kubu yang sedang naik daun.
Dengan emosi yang membara. Nana tidak terima ketika idolanya dikatain buruk oleh pendukung sebelah. Gerakan jari lentiknya menari lincah merangkai kata hingga kata makian terlontar dari mulutnya meski tidak di dengar orang lain. Mereka saling perang hingga jari jarinya merasa lelah.
Satu pesan kembali masuk. Dengan kata sopan meminta kenalan kepada Nana yang sedang tersulut emosi. Dengan cepat membalasnya, "Jangan ganggu aku. Atau kau.." Pesan tidak sengaja terkirim, Seakan kalimat tersebut merupakan ancaman kepadanya.
Orang tersebut langsung membalasnya dengan status "sedang mengetik". Nana menunggu balasannya hingga lima menit telah berlalu. Pesan yang diterimanya lebih panjang dari dugaannya. Berupa gombalan yang pernah di bacanya disuatu akun social media yang sangat viral. Kata tersebut banyak dijadikan story oleh banyak orang.
Dikalimat terakhir Dia meyebutkan namanya yang bernama Beni. Salam kenal.
Caranya berkenalan seperti orang dulu. Nana curiga bahwa Dia adalah seorang lelaki paruh baya yang sudah beristri bahkan punya banyak anak. Untuk memastikan akum tersebut, Nana memeriksa profil dan postingannya. Tidak ada foto yang jelas. Hanya bagian samping dan belakang saja.
Hanya ada satu foto yang meyakinkanya yaitu dengan seragam putih abu abu. Postingan sepuluh tahun yang lalu. Jika dihitung jarak usianya dengan Nana berjarak lima tahun lebih tua. Tidak ada foto pernikahan dan keluarga.
***
Mereka saling membalas pesan setiap harinya. Mulai terasa nyaman dan senyum sendiri. Berbaring di atas kasur sembari mengetik ponsel selama berjam jam. Belum ada rasa bosan hingga tiba saatnya Beni ingin bertemu langsung dengannya.
Deg!
Tidak disangka Beni akan megatakannya. Nana lebih nyaman seperti ini. Berteman jarak jauh tanpa harus bertemu.
Nana tidak siap dan takut bertemu orang asing. Banyak kejadian perampokan dan pembunuhan akibat kenalan online. Beberapa hari Nana mengabaikan pesannya. Membalasnya dengan singkat tanpa bertanya kembali. Akibatnya Beni merasa jenuh dan hilang tidak ada kabar.
Kini Nana merasa gundah. Beni tidak lagi ada untuknya. Bahkan tidak pernah kembali online. Pekerjaan pun terbengkalai. Hingga nama Beni terlihat di mana mana. Hingga memutar dikepalanya.
Kebetulan ada tugas dari pimpinan untuk berangkat ke jawa tengah guna menjalankan tugas bulanan. Setiap karyawan wajib secara bergantian pergi ke luar kota. Dengan terpaksa Nana berangkat kesana. Dimana tempat tersebut tepat di kampungnya Beni, kenalannya di Facebook.
Sesampainya di Jawa tengah. Beni kembali menghubunginya dan menanyakan kembali tentang pertemuan tersebut.
Setelah jadwal diatur mereka bertemu di warung kecil pinggiran kota. Banyak kendaraan yang melintas dan sangat ramai dikunjungi. Tempat ini sengaja dipilih untuk berjaga kalau sesuatu buruk terjadi padanya.
Warung ini menyediakan air mineral gratis bagi siapa saja yang singgah tanpa harus memesan menu lain. Tempatnya banyak debu. Tapi banyak yang berkumpul disini.
Dari ciri-ciri yang disebutkan, Beni belum juga datang setelah setengah jam menunggu. Waktunya di sini tidak lama lagi. Besok pagi harus berangkat dan malam ini membereskan koper agar tidak ada lagi yang tertinggal.
Kesabarannya telah habis, Nana meninggalkan catatan kecil dan pergi meninggalkan warung. memberhentikan becak dipinggir jalan menuju penginapan.
Beni datang ke tempat janjian dengan nafas terengah. Menoleh kesana kemari mencari sosok Nana. Pemilik warung menghampirinya dan bertanya, "Cari siapa mas?"
Tidak ada jawaban dari Beni. Dia tampak kebingungan. Pandangannya terhenti pada satu meja yang ditempel dengan stinky note bewarna kuning.
Begitu membacanya, Beni terduduk lemas. Tidak ada lagi kesempatan untuknya bertemu dengan Nana kembali.
Pesan terkahir, sekaligus hubungan pertemanannya menjadi putus akibat Beni telat menepati janji.
Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa beri vote dan tinggalkan komentar ya 😀😉
Semoga kalian suka dengan ceritanya 😁😎
Aku juga mau rekomendasikan cerita yang lainnya: Pernah Berakhir
: Teka Teki Sepatu
Kalian juga boleh follow akun sosmedku juga: Instagram dan Tiktok @Sucimutiara96
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
General FictionBerbagai kisah dan genre terdapat di cerpen ini. Disajikan secara menarik untuk menarik perhatian pembaca.