Kaos Kaki

320 12 2
                                    


Sudah satu jam kami berada di labor bahasa. Berlatih berdialog menggunakan bahasa inggris. Masing masing dari kami duduk sesuai dengan nomor absen. Aku sangat gugup ketika giliranku dipanggil untuk mengikuti dialog yang sesuai dengan teks. Lidahku yang tertatih saat mengcapkannya kata demi kata akhirnya berakhir dengan nilai yang tidak memuaskan. Kini giliran teman sebangkuku untuk berdialog. Bel berbunyi, keberuntungan sedang dipihaknya. Padahal aku tahu sejak tadi Dia terus menggigit kuku jarinya seperti seekor kucing yang sedang menggigit tulang ikan. Kakinya bergetar hebat hingga getarannya sampai ke mejaku. Wajahnya pucat pasi meski dirinya berkulit coklat.

Aku segera bergegas keluar mengantri saling dorong dengan temen lainnya. Kebiasaan saat disekolah menjadi suatu kebanggan ketika yang pertama dapat keluar ruangan. Alasanku agar bisa keluar lebih cepat karena bau kaus kaki yang sejak tadi menyengat kehidungku dan yang lainnya. Entah dari mana berasal bau tersebut. Yang jelas aku ingin segera keluar dari ruangan dingin dan tertutup ini.

Selama pelajaran berlangsung. Semua saling melempar tuduhan untuk mencari sumber bau tersebut. Bukan kali ini aku mengalaminya. Hampir setiap saat bau khas ini menyebar hingga keseluruh ruangan dengan cepat.

Sepatu yang semula tersusun rapi di depan labor. Kini sudah terlempar hingga keujung lorong jauh disana. Ulah para cowok di kelas agar yang telat keluar menjadi kesulitan mencari sepatu yang akan dikenakan. Sepatuku kini telah terikat kuat dan digantung di tembok lorong. Begitu juga dengan teman lainnya. Ada juga yang kehilangan sepatunya sebelah dan juga tali sepatunya yang terlepas. Itu bukan ulah teman sekelas melainkan guru konseling yang bertugas berkeliling sekolah untuk merazia siswa siswi yang melanggar peraturan. Seperti tidak memakai sepatu hitam dan kaos kaki putih. Begitu juga dengan baju yang tidak dimasukkan kedalam celana atau rok sudah jelas akan langsung ditindaklanjuti dengan cara menyita barang tersebut atau lari keliling lapangan.

Aku termasuk sedang beruntung hari ini. Biasanya tali sepatu yang kugunakan bewarna merah muda dan sepatu hitam putih, Baju yang keluar dan juga seragam yang tidak sesuai dengan jadwalnya. Semua itu kulakukan karena aku sering lupa. Lupa menaruh sepatu sekolah, lupa membawa buku dan juga banyak hal yang kulupakan saat hendak berangkat sekolah.

Sepatu yang terikat menjadi satu sulit untuk dilepaskan. Aku membawanya dengan menenteng dengan tangan sebelah kanan dan buku di sebelah kiri. Berjalan beriringan denagn teman lainnya secara berdesakan dan tergeser diantara banyaknya manusia secara bergantian menuju kelas. Aku tidak sengaja menjatuhkan buku-buku tepat dihadapan seorang lelaki yang berpapasan denganku. Dia mengambilkannya untukku. Aku menerimanya dengan malu hingga tidak sanggup melihat wajahnya tanpa mengucapkan, "Terima kasih."

Yang kulihat hanya sepatu yang dikenakannya saat itu. Aku berlari menuruni tangga sampai menuju kelas.

Teman sebangkuku tidak sengaja melihat kejadian tersebut dan menyangka aku sengaja menjatuhkan buku untuk mencari perhatiannya. Padahal tidak ada niat untuk melakukannya. Semua itu hanyalah ketidaksengajaan. Aku saja tidak berani menatap wajahnya secara langsung hingga aku tertunduk malu.

Aku kembali ke kelas dan duduk di tempatku sembari memperhatikan satu persatu dari mereka yang menggunakan kaos kaki putih yang terlihat dekil. Hanya untuk menandai orang tersebut berjaga jaga untuk minggu selanjutnya agar mengganti kaos setiap hari. Tidak satupun yang dicurigai, hampir seluruhnya menggunakan kaos kaki putih yang bersih.

Setelah penciumanku kembali normal. Aku keluar dan menabrak lelaki di pintu kelas. Dia adalah Rafa siswa terpopuler di sekolah. Wangi ditubuhnya lengket di permukaan kulitku yang sedikit lengket akibat keringat. Bukunya terjatuh tepat di kakiku.

Kami mengambilnya bersamaan. Mataku fokus kearah sepatunya. Dia adalah lelaki yang tadi mengambilkan bukuku yang terjatuh di koridor labor.

Mataku melihat lebih lekat lagi. Rafa mengenakan kaos kaki putih yang kelabu. Tanganku tidak sengaja menyentuh sepatunya dan tertangkaplah tersangka si bau kaos. Rafa yang berwajah tampan dan tubuh yang wangi. Namun. Tidak mengganti kaus kaki hingga menimbulkan bau di labor tadi.

Teman sebangkuku kembali melihat kejadian tadi.

"Yakan. Kamu cari perhatian dengannya." katanya sambil menggodaku.

Untung saja Rafa tampan dan mau menolongku. Aku masih bisa meredam amarahku akibat bau yang disebarkannya tadi.

Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa beri vote dan tinggalkan komentar ya 😀😉

Semoga kalian suka dengan ceritanya 😁😎

Aku juga mau rekomendasikan cerita yang lainnya: Pernah Berakhir

                                                                                                              : Teka Teki Sepatu

Kalian juga boleh follow akun sosmedku juga: Instagram dan Tiktok @Sucimutiara96

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang