Perkenalkan namanya Irene. Gadis cantik berkulit putih. Penampilannya sederhana untuk kalangan keluarga kaya. Maksudku, dia merupakan anak kaya raya menurut survey entah dari mana. Tidak akan mengalami kemiskinan sampai tujuh keturunan. Irene merupakan keturunan ketiga. Memiliki banyak sepupu karena dahulu kakeknya mempunyai banyak istri. Setahuku istri kakeknya yang sah hanya tiga. Selebihnya yang tidak diketahui oleh public banyak. Atau itu hanyalah isu untuk menjatuhkan keluarga Irene.
Irene yang kulihat hanya di televisi bersama keluarganya mengadakan pesta bak keluarga kerajaan. Para lelaki mengenakan sepatu kulit serta jas bermerk. Sedangkan para wanita seakan bersaing memperlihatkan tubuh indah mereka dengan mengenakan gaun yang sangat terbuka. Aku tahu harganya sangat mahal. Yang kulihat pakaian yang dikenakan mereka tidak ada yang tertutup. Hanya bahan kain yang dijahit sedikit untuk menutupi bagian tertentu.
Irene saat itu berusia lima tahun. Menjadi pusat perhatian masyarakat saat menghadiri pesta pernikahan dari kerabatnya Mengenakan gaun putih serta sepatu ballet dan rambut yang tergerai panjang. Rambut pirang menyerupai putri kerajaan yang akan menggantikan sang ratu kelak di masa depan. Hingga kini Irene tumbuh menjadi gadis yang berbaur dengan masyarakat biasa. Semua orang mengagguminya. Termasuk aku, menjadi fans beratnya dari kecil hingga sekarang aku berusia dua puluh tahun. Irene seumuran denganku. Kami berteman sejak di bangku SMA.
Kedatangan Irene di sekolahku merupakan berita besar dan menjadi topik hangat di berbagai media. Berbagai judul berita memuji kecantikan dan penampilannya.
Beberapa wartawan ada yang menyusup di sekolah untuk mencari kelemahannya. Tidak ada yang dapat menemukannya hingga tidak ada lagi penyusup di sekolah.
Meski Irene digadang gadang akan menggantikan posisi sang ayah jika sudah pensiun. Dia tetap mendirikan perusahaan sendiri dan menjalankannya tanpa bantuan koneksi. Meski begitu aku tahu Ayahnya pasti membantu tanpa sepengetahuannya. Dalam setahun perusahaan Irene maju pesat. Kini aku bekerja dengannya.
Kata orang aku beruntung memiliki teman seperti Irene. Setidaknya apa yang dimilikinya aku dapat merasakannya. Benar juga kata mereka. Koneksi adalah segalanya.
Tidak ada yang mau berteman denganku di kantor. Mereka menganggap aku adalah orang kepercayaannya dan merasa canggung bila dekat denganku. Padahal aku hanyalah anak dari petani biasa.
Irene memberikan kepercayaan kepadaku untuk menjawab pertanyaan media. Tentu saja aku menjawabnya sesuai dengan apa yang kulihat selama ini. Kami sering menghabiskan waktu untuk bisnis. Keluar kota bahkan keluar negeri untuk pertama kalinya ke singapura.
Pekerjaan di luar negeri hanyalah wacana agar kami berdua bisa berlibur dan berbelanja menggunakan fasilitas kantor. Kami bersenang senang dan menikmati waktu ini untuk istirahat sejenak dari pekerjaan. Selama tiga hari berada di luar negeri. Terdengar kabar dari media yang bisa dipercaya. Bahwa Ayahnya telah mati terbunuh.
Kami kembali ke Indonesia menghadiri pemakamannya. Tidak ada seorangpun yang menangis. Termasuk Irene. suasana hening dan sunyi.
Disini aku masih menemani Irene dan menenangkannya.
Semua duduk di ruang keluarga. Orang-orang tampak tegang ketika seorang pengacara membacakan surat wasiat. Aku juga merasakan ketegangan tersebut.
Hingga akhirnya Irene-lah yang menjadi penerus perusahaan dari Ayahnya.
Meski begitu setelah tahun berganti, tidak ada perubahan dari Irene. Sikapnya masih sama denganku. Hingga kami memiliki keluarga masing masing. Persahabatan dan bisnis berjalan dengan baik.
Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa beri vote dan tinggalkan komentar ya 😀😉
Semoga kalian suka dengan ceritanya 😁😎
Aku juga mau rekomendasikan cerita yang lainnya: Pesan Berakhir
: Teka Teki Sepatu
Kalian juga boleh follow akun sosmedku juga: Instagram dan Tiktok @Sucimutiara96
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
General FictionBerbagai kisah dan genre terdapat di cerpen ini. Disajikan secara menarik untuk menarik perhatian pembaca.