Salah

306 20 2
                                    

Seorang teman yang baru di kenal berkata kepadaku, "Lihatlah Dia?" katanya menunjuk dengan sorot matanya.

Aku melihat ke arah pandangannya. Dua orang cowok yang sedang berjalan menuruni tangga. Sedangkan kami sedang berada di seberang kelasnya.

"Manis ya.." Katanya diselingi tawa kecil.

"Iya." jawabku. Terpesona dengannya. "Namanya siapa?" tanyaku kembali.

"Ando, dua tingkat di atas kita."

Inilah kebiasan kami selagi menunggu guru datang. Semuanya tidak bisa diam duduk di tempatnya. Para cowok melakukan aksinya di dalam kelas saling melempar kertas dan berlari mengejar secara bergantian. Ada juga yang sibuk berkumpul menceritakan aib teman sendiri. Dan sebagiannya berada di luar karena suhu di dalam kelas sangat panas. Terutama para cewek lebih menyukai duduk di depan kelas atau berkumpul di dalam toilet untuk berdandan.

Aku berparas biasa saja. Tidak cantik dan tidak begitu buruk. Berkulit kuning langsat dan tidak pintar. Bukan orang yang isitimewa. Tidak dikenal banyak orang. Dan orang lain tidak menyadari keberdaanku di dalam kelas. Aku bukan anak cupu yang sering di bully. Tetapi aku adalah orang yang banyak dibenci karena aku adalah seorang model yang dipilih oleh guru untuk acara sekolah. Perkenalan ini tidaklah penting. Aku hanya ingin menceritakan kisahku bersamanya.

Aku sering duduk bersama Tia, teman yang baru kukenal seminggu yang lalu. Hanya sekedar teman bicara, Tidak dekat karena dia punya sahabat. Untuk mengisi waktu senggang aku sering mengajak bicara teman sekelas lainnya meski tidak diladeni.

Inilah sebabnya Tia selalu betah berdiri di depan kelas sendirian. Hanya ingin melihat Abang kelas. Sejak perkataan Tia. Aku sering berpapasan dengannya. Sering memperhatikannya dan mulai menyukainya.

***

Jam pelajaran sedang berlangsung. Aku memutuskan untuk meninggalkan kelas dengan alasan sakit perut. Dengan izin guru aku terbebas dari pelajaran yang membosankan. Awalnya aku berniat untuk pergi ke UKS untuk tidur siang. Ruangan tersebut penuh dengan wanita yang mempunyai alasan sama denganku.

Tempat terakhir yang bisa dikunjungi adalah kantin. Disana ada dua orang cowok yang pernah diceritakan Tia padaku sebelumnya. Mereka sedang memesan bakso. Aku sengaja mengambil tempat yang dekat dengan mereka. Ini adalah kesempatan bagus bisa melihatnya dari dekat.

Kedua cowok itu terlihat sedang memperhatikanku. Aku membalas tatapan mereka dengan mata yang sayu sembari tersenyum. "Ada yang salah denganku." kataku dengan lembut.

Mereka tidak menjawab. Aku melanjutkan makan dengan cepat, segera kembali ke kelas.

Ketika hendak membayar makanan. Kedua cowok itu juga sedang membayar makanannya tepat di sampingku.

"Bayar tiga pak?" katanya. Aku juga menyodorkan uang kepada penjual kantin.

"Tiga dengan siapa?" tanya penjual kantin.

"Dengan Dia." Menunjuk ke arahku lalu pergi.

Cowok dingin dan perhatian seperti Dia pasti punya pacar, pikirku.

Berjalan di belakang mereka seakan aku adalah seorang penguntit yang siap menerkam hatinya, mengambilnya dengan paksa lalu kusimpan untuk dijadikan jaminan agar tetap bersamaku.

Kedua cowok itu menghentikan langkahnya. Berbalik ke arahku dan berkata, "Aku Ando." katanya memperkenalkan diri.

"Rara." jawabku canggung. Mataku teralihkan kepada cowok di sampingnya yang telah mentraktirku makanan.

"Dia?" tanyaku. Melihat kepada teman sebelahnya.

"Sammy." jawabnya singkat.

"Nanti kita ketemu lagi." kata Ando kepadaku.

Kami berpisah menuju kelas masing masing. Sesekali Ando menoleh ke belakang tersenyum padaku. Aku membalasnya dengan senyum kecut. Dia bukan tipeku.

Di kelas aku bertanya kepada Tia,"Kamu menyukai Ando."

"Hanya kagum saja." jawab Tia seadanya.

"Kenapa bertanya?"

"Penasaran saja." kataku singkat.

Sepulang sekolah aku bertemu lagi dengan Sammy di depan gerbang. Dia meminta nomor ponselku. Dengan senang hati memberikannya. Berharap sepulang sekolah nanti akan dihubunginya.

Benar saja. Baru saja kaki ini melangkah ke kamar terdengar suara notifikasi.

Satu pesan dari Ando. Orang yang disukai Tia sepertinya menyukaiku. Terlihat dari isi pesannya yang menanyakan kabarku sepulang sekolah. Aku seperti merebut sesuatu yang berharga dari temanku. Bukan harta tapi cinta.

Esoknya, Aku mengatakan kepada Tia perihal Ando. Dengan santai dia menjawan. "Ya sudah lanjutkan saja. Lagian aku sudah punya pacar". katanya.

"Siapa?" tanyaku

"Sammy." jawabnya. Jantung ini terasa seperti di panah berulang kali.

***

Aku dan Ando terus berkomunikasi melalui chat pribadi. Tidak terasa sudah berjalan selama tujuh bulan dengan status sebagai teman. Tidak ada perubahan dalam hubungan pertemanan kami hingga dia lulus dan meninggalkan sekolah. Melanjutkan pendidikan ke universitas.

Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa beri vote dan tinggalkan komentar ya 😀😉

Semoga kalian suka dengan ceritanya 😁😎

Aku juga mau rekomendasikan cerita yang lainnya: Pernah Berkahir

                                                                                                              : Teka Teki Sepatu

Kalian juga boleh follow akun sosmedku juga: Instagram dan Tiktok @Sucimutiara96

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang