Della dihampiri oleh cowok yang tidak dikenal, sembari menyodorkan minuman cup dingin lengkap dengan sedotan. Dengan malu dan ragu cowok itu mengulurkan pemberiannya pada Della yang sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah di kafe. Dengan terbata bata sambil menggaruk kepala bagian belakang menahan gerogi dihadapan Della. Cowok itu tidak sengaja menumpahkan minumannya di atas buku hingga basah. Tidak hanya itu baju Della bewarna putih juga kena imbasnya.
"Maaf. Aku cuma ingin kenalan. Nggak bermaksud begini." katanya dengan panik seraya mengambil tissue dan menghapus noda di pakaian Della.
"Nggak apa-apa. Berdirilah." kata Dela ikut menunduk seperti yang dilakukan cowok tersebut.
Melihat kejadian itu. Felix yang sedang membawa dua minuman dingin di kedua tangannya mempercepat langkahnya Mendekati Della. Segera menyingkirkan cowok yang sedang membersihkan pakaian Della.
"Kenapa bisa begini?" tanya Felix.
"A-aku tidak sengaja menumpahkan minuman." jawab cowok itu merasa bersalah.
Felix menatapnya dengan marah. "Kenapa bisa sampai menumpahkannya ke pacarku."
"Pacar?" katanya kembali. "Maaf. Sejak tadi aku melihatnya duduk sendirian di sini. Aku hanya ingin berkenalan aja kok." katanya.
"Pergi sana!" kata Felix, kesal.
Felix duduk di samping Della yang sedang membersihkan pakaiannya dengan tissue. Untung aja saat ini Della memakai baju dua lapis. Kalau tidak, Pasti deh kelihatan bagian dalamnya." kata Felix dalam hati. "Maaf aku terlalu lama datangnya." kataku merasa bersalah.
"Nggak apa-apa kok." kata Della, tersenyum. Sengaja tidak terlihat kesal agar cowok itu pergi dengan selamat.
Della tahu aku sangat emosian menyangkut hal tentang dirinya. Saat ini aku duduk di samping Della di meja yang kecil. Mengerjakan tugas berdua untuk melindungiku dari gangguan cowok lainnya.
"Duduklah di depanku?" kata Della, masih dengan senyuman.
"Aku mau di samping kamu aja. Kita nggak akan pernah tahu kejadian apalagi yang akan menimpa kamu." katanya, memberikan gombalan kepada Della.
"Kamu terlalu so sweet untukku." jawab Della. Malu."Lebih baik kita pulang. Pasti kamu nggak nyaman dengan pakaianmu." kata Felix membuka jaketnya dan menyelimutinya ke bahu Della.
Della semakin terkesan dengan sikap Felix yang romantis.
"Terima kasih." kata Della. Tertunduk malu sembari memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Aku antar kamu pulang." kata Felix.
"Nggak usah, merepotkan. Aku bisa minta supir untuk menjemputku." kata Della.
Kami menunggu di depan kafe. Sore ini, masih ada beberapa orang masih mengenakan seragam sekolah.
Menunggu sembari menghabiskan minuman soda dengan jeruk lemon dan es yang mulai mencair. Della tidak pernah mau diantar pulang olehku. Sudah enam bulan pacaran. Ada aja alasannya untuk menolakku mengantarnya ke rumah. Aku tahu hidupku dan Della tidak setara. Orang tuanya adalah direktur dari perusahaan asurasnsi dan aku adalah anak sederhana yang tinggal di dalam gang kecil.
Seperti biasa Della tampak gelisah ketika jemputannya akan datang.
"Pulpenku sepertinya ketinggalan di dalam." kataku, mengayunkan langkah kembali ke dalam kafe.
Di luar kafe Della berpapasan dengan kurir yang berusia tidak terlalu tua, kira kira berumur empat puluhan. Wajahnya suram, mungkin karena terlalu lama di bawah sinar matahari.
"Del." kataku menghampirinya.
"Felix. Ketemu pulpennya." Della tampak terkejut.
"Kamu pesan barang?" tanyaku.
"Iya nih." Della menarik paket berukuran kecil dari tangan kurir.
"Kenapa ngantarnya ke sini?" tanyaku kembali.
"Sebenarnya. Tadi kurir ini ngantarkannya di sekolah. Terus aku suruh aja antar kesini." jawabnya dengan alasan yang tidak masuk akal.
"Felix. Kayaknya supirku nggak bisa jemput. Aku naik taxi aja deh. Kamu pulang duluan sana." kata Della menyuruhku untuk segera pergi.
"Biar kuantar aja sampai rumah."
"Nggak usah. Rumah kita beda arah. Ngerepotin." katanya "Pergilah." Della memasangkan helm di kepalaku dan menyuruhku segera pergi dari sini hingga aku hilang dari pandangannya.
Secara diam-diam aku mengikuti Della. Memarkirkan kembali motorku di kafe tadi. Della berjalan kaki menyebrangi jalan dan menaiki angkot. Aku menaiki taxi agar tidak ketahuan. Rumahnya cukup jauh dari sekolah. Aku khawatir dengan biaya taxi yang bertambah karena perjalanan semakin jauh.
Dela berhenti di depan gapura. Berjalan kaki masuk ke dalam gang dan berhenti di salah satu rumah yang bertumpuk barang bekas di halamannya. Yang membuatku semakin terkejut. Seorang kurir yang mengantarkan barang untuknya adalah ayahnya sendiri. Mereka masuk ke dalam rumah bersama.
Aku menghubunginya. Untuk bertemu di depan gang rumahnya. Della keluar dengan rasa cemas.
"Apa ini rumah mewah yang kamu ceritakan padaku dan teman lainnya?" tanya Felix.
Della hanya diam.
"Apakah ayahmu sungguh Direktur asuransi?" tanya Felix kembali.
Della tetap diam.
"Ada yang mau kamu jelaskan?" tanya Felix.
"Nggak."
"Kenapa harus bohong? Bukankah tadi itu ayahmu?" tanya Felix kembali.
"Ya."
"Kenapa tidak mau mengakuinya. Aku tidak peduli kamu anak orang kaya atau nggak. Aku hanya ingin kita pacaran tanpa melihat status. Ternyata kamu sama aja.
"Jadi? kata Della. Menatap lurus kepada Felix.
"Jadi apanya?
"Kamu mau apa setelah tahu semuanya? kamu mau kita putus?" kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
"Kenapa kamu yang bilang putus. Yaudah, aku pergi.
Felix pergi, Della hanya bisa memandangi pungungnya dari belakang disertai tangis yang tertahan di tengah gang. Kendaraan berlalu lalang membunyikan kalakson agar Della menepi. Felix masih tidak menyangka. Della meminta putus atas kesalahannya.
Perjalanan cinta mereka terputus di tengah gang.
Gambar diambil dari : https://bit.ly/3jGGzwB
Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa beri vote dan tinggalkan komentar ya 😀😉
Semoga kalian suka dengan ceritanya 😁😎
Aku juga mau rekomendasikan cerita yang lainnya: Pernah Berakhir
: Teka Teki Sepatu
Kalian juga boleh follow akun sosmedku juga: Instagram dan Tiktok @Sucimutiara96
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
General FictionBerbagai kisah dan genre terdapat di cerpen ini. Disajikan secara menarik untuk menarik perhatian pembaca.