di Balik Pertemanan

539 12 3
                                    

Di depan kelas Ara bersama temannya mengobrol seputar tugas sekolah. Hari ini Ara tidak mengerjakan tugas sekolah lagi dengan alasan lupa dan akhirnya ketiduran. Dengan memohon  agar memberikan contekan lagi untuk kesekian kalinya. Tentu saja teman sebangku Ara tidak tega melihatnya kena hukuman kembali. Pagi tadi dan pagi sebelumnya dengan alasan ban motor bocor dan telat bangun Ara dihukum lari keliling lapangan sebanyak lima kali.

Bukan Ara namanya kalau tidak membuat kesalahan selama di sekolah. Anak yang pintar namun lalai dalam segala hal membuatnya tidak disukai teman sekelas. Semua itu bermula saat Ara lupa membawa tugas kelompok. Semuanya menjadi kena imbas akibat perbuatannya. Ara dimusuhi teman sekelas dan merembet ke teman lainnya akibat hasutan dari salah seorang teman sekelompoknya. Tidak hanya itu kini Ara hanya berteman dengan satu orang yang tidak memiliki teman seorangpun karena cupu.

Saat hendak masuk kelas Ara dihampiri oleh dua orang cewek. Mereka adalah kakak kelas tingkat tiga yang akan lulus jika memungkinkan.

"Bisa minta nomor hpnya nggak?" kata salah seorang dari mereka yang mengenakan sweater di siang yang panas ini.

"Untuk apa kak?" tanyaku.

"Untuk teman kakak yang sedang berdiri di bawah." Mata kami melihat kearahnya. Lelaki bertubuh kurus dan kulit kuning langsat tersenyum kepada Ara sehingga membentuk lesung di pipi.

Tentu saja Ara kagum melihatnya. Ara bergegas ke kelas mengambil secarik kertas mencatat nomor hpnya, memberikannya langsung ke tangan kakak kelas.

"Terima kasih kak." kata Ara dengan semringah

"Seharusnya kakak yang berterima kasih." katanya kembali.

Mereka pergi menuruni tangga. Aku kembali melihat lelaki yang berdiri di lapangan sekolah. Alhasil Dia menghilang.

Satu jam kemudian Ara dan teman satu satunya dan tidak ada duanya pulang bersama hingga depan pagar sekolah. Menjadi langganan penantian jemputan selama masa sekolah Ara terbiasa menunggu sendirian di kursi tunggu. Tidak ada seoranpun yang melintas. Hanya angin yang menerbangkan bungkusan snack tepat diwajahnya. Penglihatannya tertutup, Ara menyingkirkan bungkusan yang sudah menjadi sampah dari wajahnya. Cowok tadi yang meminta nomor poselnya telah berdiri dengan senyum yang sama.

"Belum pulang?" tanyanya. Meski hanya pertanyaan basa basi. Ara merasa sangat senang dengan pertanyaan singkat tersebut.

"Belum bang." jawab Ara.

Suara klakson berulang kali berbunyi. Ara tanda dengan suara berisik yang ada di seberang jalan sekolah. Fahri, abang kandung Ara telah menjemputnya ketika kesempatan sedang di depan mata.

"Jemputannya?" tanya cowok itu.

"Iya." jawabnya singkat." Ara terlihat malu malu kucing dan bahkan sangat memalukan. Ketika berdiri Dia tersandung lalu terjatuh tepat di kaki cowok itu seakan sedang memohon.

Disaat yang tidak tepat seorang guru bersama murid lainnya sedang menenteng laptop dan barang lainnya melihatku sedang dalam keadaan memalukan.

Ara berdiri dan bergegas pergi meninggalkan segerombolan yang masih tercengang dan cowok yang masih melihat kearahnya hingga Ara hilang dari pandangannya.

Baru selangkah menginjakkan kaki di rumah. Ara menerima panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Sudah berulang kali Ara mendapatkan panggilan dari penipuan mengatasnamakan operator dan memenangkan uang sejumlah ratusan juta rupiah.

Ara mengangakatnya dengan nada bicara yang ketus. "Dasar penipu!"

"Hmm. Maaf ini Ara?"

"I-Iya." jawab Ara. Suara ini terdengar tidak asing bagi Ara.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang