Cerita

184 12 2
                                    

Sebuah buku yang kuterima dari seorang cowok yang bernama Albert. Nama yang tidak asing  seperti tokoh dalam buku yang ada dalam tas. Tidak tahu kapan buku ini ada padaku. Rasanya tidak pernah membelinya atau aku memang lupa

Menjadi pelanggan pertama di sebuah toko buku yang baru buka. Dari luar tempatnya terlihat unik. Setiap hari melintas di jalan yang sama tidak pernah terlihat toko dengan bentuk lembaran buku sebagai simbolnya. Sebelumnya, tempat ini tidak pernah dihuni hingga rantai pengunci gerbang toko sudah terputus.

Seorang lelaki menyebar brosur di jalanan memperkenalkan toko bukunya. Beberapa orang mengambil brosur dari tangannya dan dibuang tepat dihadapannya. Ada juga yang menolak secara langsung agar tidak menyiakan kertas yang disebarkannya. Aku salah satu dari banyak orang di jalanan, mendekatinya dan mengambil brosur.

"Dek. Silahkan diambil brosurnya." kata Albert dengan ramah.

Tidak ada niat sedikitpun untuk singgah ke toko buku. Raga ini begitu saja mengikuti langkah kakinya masuk untuk melihat lihat isi dalam toko tersebut. Pikiranku tidak lain hanya membayangkan toko seperti biasa. Disusun antar rak membentuk lorong di kesunyian bagaikan perpustakaan. Disini disuguhkan beragam buku novel dengan cover menarik, tidak pernah kulihat buku seperti ini di toko lainnya.

Tersedia tempat duduk dan meja sebagai fasilitas pengunjung agar nyaman berlama lama.

"Karena kamu pengunjung pertama kami. Aku beri kamu satu buku gratis." Menyerahkan buku yang berjudul "Ikutlah bersamaku."

Tidak tahu kapan aku memulai membaca buku ini. Yang jelas alur cerita ini tergambar jelas diingatanku. Seperti akulah tokoh utama yang memerankan langsung ke dalam cerita ini.

Buku dengan judul yang sama di dalam tasku dengan cover yang sedikit berbeda. Membandingkan kedua buku yang ada dihadapanku.

Albert kembali mendekatiku. Membawakan segelas jus apel kesukaanku.

"Bagaimana ceritanya?" tanya Albert menopangkan wajahnya.

"Seru." jawabku. Padahal aku belum membaca buku ini. Hanya saja aku sudah membacanya hingga pertengahan cerita.

"Ini buku edisi spesial. Cobalah baca." kata Albert.

"Waahh. Sudah terbit ya bukunya."

Albert mengangguk.

"Terima kasih Albert." kataku. Kini aku tahu nama pemilik toko ini. "Ada apa denganku?" batinku.

Lembaran pertama menyuguhkan cerita sebelumnya saat Albert mengalami depresi dan ingin melompat dari atap gedung apartemen tempat tinggalnya. Sampai akhirnya seorang wanita berteriak dari arah belakang. Cerita selesai sampai di sana.

Kini aku berada di atas gedung bersama Albert. Wanita yang menyelamatinya di season pertama halaman terakhir.

"Jangan melompat." teriakku. Melangkah perlahan mendekatinya.

Albert menoleh ke belakang melihat kearahku.

"Maafkan aku?" kata Albert mendekatiku.

Aku tidak tahu harus menjawab apa, memeluknya dengan tangis takut akan kehilngannya.

"Jangan lakukan itu lagi." kataku. Tidak tahu cerita seperti apa yang sedang kumasuki sekarang. Entah kapan aku tiba di sini, di malam gelap dan angin yang berhembus kencang. Aku turun bersama Albert menggunakan lift.

Albert menekan tombol ke angka 7. Aku masih saja bertanya dalam hati. Bahkan sekarang ucapanku harus mengikuti dialog dalam cerita.

"Kamu harus kembali ke tempatmu. Jangan berpikir bodoh lagi." kataku dengan sisa tangis

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang