16 | Zinnia

222 41 25
                                    

Kamu menatap pada setangkai bunga mawar merah yang mengambang di atas telapak tanganmu. Wajahmu berubah muram kala mengetahui bahwa ada satu lagi kelopak bunga mawar yang jatuh.

Kamu menarik nafas kasar dan membuangnya perlahan seraya menatap langit yang dipenuhi awan putih bagaikan gula gula kapas yang berserakan di atas meja biru. Sepertinya setiap kelopak bunga ini jatuh, nafasmu berubah sesak, dan dadamu terasa nyeri. Dan itu menjadi kian parah seiringan dengan semakin banyaknya kelopak bunga yang jatuh.

Kamu kembali menatap pada mawar merah yang tampak layu. Tersisa empat kelopak lagi. Itu berarti, jika kamu tidak secepatnya menghentikan kelopak bunga yang terus berguguran, kematianmu tidak akan bisa dihindari.

Tapi bagaimana kamu bisa menghentikannya jika kamu sendiri tidak tau apa penyebab kelopak bunga ini berguguran. Cinta? Jangan bercanda. Sekali merasakannya pun tidak. Jadi, bagaimana bisa kelopak bunga ini terus berguguran? Apa ada kesalahan sistem dalam proses fotosintesisnya atau karena Daichi hanya menakut - nakutimu?

'Krek'

Pintu balkon yang tiba - tiba di geser membuatmu langsung menyembunyikan bunga mawar itu, hingga bunga mawar itu hilang ditelan angin. Kamu menoleh ke belakang, dan menemukan Kuroo yang tersenyum ke arahmu sambil berjalan mendekat dengan kedua tangan di saku jubah hitamnya.

"Apa gue mengganggu lo?" Tanya Kuroo yang kini berdiri di sampingmu. Kelihatan dari raut wajah cowok itu, bahwa ia lebih ceria dari biasanya.

Kamu mengernyitkan alismu.
"Senyum mulu lo, nanti giginya kering." Ucapmu, membuat wajah Kuroo yang awalnya ceria, menjadi kesal.

Kuroo berdecak kesal.
"Gue denger lo habis pulang liburan sama 'temen' manusia lo itu." Ucap Kuroo, menekankan kata 'Temen.'

Kamu menaikkan satu alismu.
"Kalian diem - diem gosipin gue ya dibelakang?" Tanyamu, menatap Kuroo curiga.

Kuroo menghindari tatapanmu.
"Gue merasa sedih lo. Padahal biasanya gue yang lo ajak jalan. Apakah ini yang namanya habis manis sepah dibuang?" Tanya Kuroo, tidak menggubris pertanyaanmu.

Kamu menatap Kuroo datar.
"Sejak kapan gue pernah ngajak lo jalan? Yang ada malah lo yang selalu maksa gue untuk jalan - jalan." Ucapmu, tidak peduli pada wajah tersakiti Kuroo.

"Ya tetep aja, kan biasanya lo nggak jalan sama cowok lain selain gue." Jawab kuroo, mencari alasan lain.

Kamu memutar bola mata malas.
"Geli gue kalo lo ngomong gitu. Lo pasti ada maunya kan? Makanya ngerayu - rayu gue." Tanyamu, membuat Kuroo langsung terkekeh pelan.

Kuroo lalu menghela nafas pelan.
"You know me so well." Ucap Kuroo, membuatmu memutar bola mata malas untuk yang kesekian kalinya.

"Malam ini lo sibuk gak?" Tanya Kuroo, dengan mata berbinar. Seolah - olah berharap agar kamu berkata 'tidak.'

"Kalo lo nanya gue sibuk atau nggak, gue pasti jawabnya sibuk walaupun gue nggak sibuk." Jawabmu, membuat Kuroo kembali memasang wajah kesal. Ia lupa sedang berbicara pada siapa saat ini.

"Gue mau ngajakin lo candle light dinner, di restoran ala ala luar negeri gitu." Jawab Kuroo, asal ceplos tanpa basa - basi lagi.

Kamu menaikkan alismu.
"Bulan lalu lo bilang mau ngajak gue candle light dinner, akhirnya kita jajan ketoprak di pinggir jalan, ditemenin sama lampu minyak." Ucapmu sarkastik. Membuat hati Kuroo langsung tertohok.

Kuroo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Itu kan karena gue lagi ada masalah ekonomi. Tapi kali ini tenang aja, semuanyaaa Kenma yang bayar! Jadi, lo nggak usah khawatir. Karena gue punya black card-nya Kenma!" Ucap Kuroo bangga sambil mengipas - ngipas kartu ATM Kenma di depan wajahnya. Padahal itu duit temannya. Memang dasar tidak tau diri.

My Death Angel [ OIKAWA x READER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang