5 - Americano

693 98 2
                                    

Aska berjalan santai menuju sebuah bangunan di depannya. Cowok itu tengah berada di kampus. Niatnya, Ia sekarang ingin menemui temannya yang merupakan mahasiswa di Fakultas Ekonomi. Daerah depan gedung tersebut cukup ramai karena banyaknya orang yang berlalu-lalang.

"Ini gue lagi jalan mau ke parkiran. Lo diman—"

BRUKKKK

"ADAOWWW!" Aska mengaduh kesakitan karena tertabrak oleh seseorang. Cowok itu refleks mengelus-ngelus bahunya.

"Eh, sorry. Lo gak kenapa-napa?" Orang yang menabraknya langsung menjauhkan ponsel dari telinga, karena sebelumnya Ia memang sedang berteleponan.

"Gak sakit-sakit banget, tapi lumayan, lah."

"Serius?" Cowok itu terlihat panik. "Gak perlu dibawa ke klinik, kan?"

"Nggak usahlah, anjir!" Aska tertawa geli. "Badan gue sekuat Gatot Kaca jadi santai aja."

Cowok itu tertawa singkat. "Tapi serius, lo gak apa-apa?"

"Iya."

"Sekali lagi sorry, ya."

"Iya elah. Kalem."

"Kalo gitu gue langsung cabut, gak masalah, kan?"

"Oh, iya. Gak apa-apa." Aska tersenyum kaku, yang dibalas senyuman lebar oleh cowok itu.

Begitu cowok itu berjalan, Ia kembali melanjutkan teleponan yang sebelumnya sempat terhenti. "Yos? Yoshi? Lo denger gue?"

Aska terdiam.

"Ah, itu tadi gue gak sengaja nabrak orang." Cowok itu berujar sambil berjalan menjauh darinya.

Aska yang semula ingin melangkahkan kaki refleks berbalik setelah mendengar nama yang barusan disebut. Ia memperhatikan cowok yang kini kian jauh dari posisinya saat ini. Aska menatap dingin. Masih belum bergerak dari tempatnya berdiri. Barulah ketika cowok itu sudah hilang dari pandangan, Aska kembali balik badan dan melanjutkan perjalanan.

Yoshi.

Entah kenapa pikirannya terganggu oleh nama itu.

Ketika keluar dari ruang guru Jian langsung disambut oleh Yovan dan Dendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika keluar dari ruang guru Jian langsung disambut oleh Yovan dan Dendra. Mereka tengah berdiri sambil bersandar pada tiang penyangga bangunan. Wajah mereka terlihat penasaran, karena begitu Ia melangkahkan kaki, Yovan dan Dendra langsung menghampirinya.

"Lo beneran diomelin?!"

Jian malah nyengir.

"Gue nanya, bukan nyuruh lo pose!" Yovan memutar bola mata. "Cengar-cengir aja kayak kuda."

"Tapi kayaknya lo dipanggil bukan karena masalah, deh," Dendra menimpali. "Soalnya kalo diomelin, muka lo pasti lebih lecek dari ini."

"Gue emang gak punya masalah kali." Jian mendengus, lalu kembali tersenyum. Cowok itu berjalan pelan menjauh dari ruang guru yang langsung diikuti kedua temannya. "Bu Mayang ternyata manggil gue untuk ngobrol soal acara yang bakal diadain buat rayain ulang tahun sekolah."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang