38 - Nightmare

458 58 3
                                    

Juan berencana mengajak dua adiknya untuk makan bersama hari ini. Ia memutuskan untuk menjemput mereka di sekolah. Juan datang ke sekolah Jean lebih dulu, karena Jean pulang jauh lebih cepat dibanding Jian. Setelahnya mereka berangkat bersama menuju sekolah Jian. Setelah Jian pulang, mereka langsung memutuskan untuk menuju restoran cepat saji yang lokasinya paling dekat dengan sekolah Jian. Juan tidak bisa berlama-lama, karena masih harus menyelesaikan kegiatannya hari ini, tetapi setelah selesai makan, Ia menyempatkan diri untuk mengantar kedua adiknya pulang.

Waktu sudah menjelang sore. Saat tiba di rumah, Juan hanya mengantarkan Jian dan Jean sampai depan pagar saja. Rumah dalam keadaan sepi, karena Ayah belum pulang dari tempat kerjanya.

"Kapan lo mulai ujian?"

"Bulan depan. Tapi besok gue udah mulai fokus untuk kerjain latihan soal."

"Berarti lo udah mulai sibuk. Lo harus belajar yang rajin, tapi jangan lupa sama kesehatan sendiri, oke?"

Jian tersenyum. "Gue ngerti."

"Bang Jian kan sering banget begadang."

Jian langsung menatap Jean dengan sinis. "Yeeeee, bocil! Sok tau lo!"

"Emang bener! Lo kan sering ngumpet-ngumpet ke dapur buat bikin Indomie kalo tengah malam!"

"Dari mana lo tau?"

"Ya gue liat sendiri, lah!"

"Berarti lo juga begadang, dong?! Buktinya lo tau kalo gue begadang?!"

Jean langsung terdiam.

"Hayo, mau jawab apa lo?!"

"Ya.... Itu kan...."

"Ape?!"

Jean membuang muka. "Gak jadi!"

"Dikurangin begadangnya. Jaga kesehatan lo sendiri." Juan berucap tenang. "Jean juga harus sekolah yang bener. Jangan bikin masalah lagi."

"Gak akan. Tenang aja. Gue kan anak baik-baik."

Juan tersenyum tipis. "Nanti kalo Jian selesai ujian kita jalan-jalan."

"Serius lo?!"

"Iya, serius!"

"Mau jalan-jalan kemana?"

"Kemana aja. Terserah kalian."

Jian dan Jean berpandangan, lalu tersenyum senang.

"Makanya lo harus bisa selesain ujian nanti dengan baik."

"Tenang aja. Gini-gini gue termasuk jajaran siswa pinter."

Juan tersenyum, lalu mengusap pelan kepala Jian. "Buktiin hasilnya ke gue, jangan cuma omongan doang."

"Santuy!"

"Yaudah, kalo gitu gue balik."

Sebelum Juan pergi dari sana, Ia memandang adiknya satu persatu dengan lekat. Juan menghela napas pelan, hingga akhirnya secara tiba-tiba Ia menarik Jian ke dalam dekapan. Jian awalnya terkejut dan hanya berdiri kaku di tempat. Namun setelahnya, tangannya perlahan bergerak untuk membalas pelukan yang Juan berikan.

Juan menaruh wajahnya pada bahu Jian. "Gue berharap apa pun yang terbaik buat lo."

"Makasih buat waktunya hari ini. Lo sibuk dan masih punya banyak kegiatan, tapi masih sempetin waktu untuk makan bareng gue dan Jean."

"Gue sama sekali gak keberatan." Juan melepas pelukannya. "Jangan sampai sakit lagi, ya? Kalo ada apa-apa lo bisa hubungin gue."

Jian mengangguk. "Lo gak perlu khawatir."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang