31 - Throwback

410 60 0
                                    

Jian berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke kantin. Bel istirahat sudah berdering dari lima menit yang lalu, namun Jian baru memutuskan untuk keluar kelas sekarang. Setelah aksi bolos sekolah yang Ia lakukan kemarin, akhirnya hari ini Jian bersekolah lagi. Terhitung tiga hari Jian tidak bersekolah sejak acara Pensi berlangsung. Selain karena kondisi kesehatannya menurun, Jian sengaja tidak hadir ke sekolah karena ada sesuatu yang sedang Ia hindari. Hal itu adalah permasalahannya dengan Yovan dan Dendra.

Ia bukannya takut dengan mereka berdua. Hanya saja, Ia merasa belum siap menghadapi mereka mengingat banyaknya permasalahan yang Ia alami akhir-akhir ini. Karena itu Jian memilih untuk mengulur waktu. Apalagi Jian juga sempat jatuh sakit kemarin. Dan karena permasalahan itu, selama Jian di kelas tadi Yovan sama sekali tidak melihat ke arahnya. Cowok itu hanya diam dengan wajah yang kelewat datar. Mereka sama sekali tidak bicara. Jian sadar jika sikap yang Yovan tunjukkan padanya akibat kesalahan yang telah Ia lakukan.

Jian memberhentikan langkah kakinya saat Ia melihat Yovan berada persis di hadapannya. Mereka kini tengah berada di koridor dekat dengan perpustakaan sekolah. Yovan tengah menatap lurus ke arahnya dengan wajah datar. Atmosfer sekitarnya mendadak lebih tegang. Jian refleks mengepalkan tangannya.

"Ada yang mau gue omongin sama lo." Yovan berujar dengan nada yang ketus. "Ikut gue."

Tanpa perlu menunggu jawaban Jian, Yovan langsung berjalan melewatinya. Jian yang masih terdiam di tempatnya lantas menghela napas pelan. Ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti langkah kaki Yovan.

Selama perjalanan mereka hanya terdiam. Jian membiarkan Yovan memimpin langkahnya dan berjalan beberapa meter di depannya. Awalnya Jian tidak tau Yovan akan membawanya kemana, tetapi saat mereka berjalan melewati deretan kelas IPA, Jian langsung mengetahui kemana tujuan Yovan. Mereka sedang berjalan menuju Lab Kimia. Tempat itu ada di lantai satu dan letaknya berada di bangunan sekolah paling ujung. Jian menelan ludahnya. Suasananya semakin terasa tidak enak.

Sekitar Lab Kimia dalam keadaan sepi. Tidak ada satupun siswa atau guru di sana. Sekarang adalah jam istirahat. Wajar jika tidak ada orang lain selain mereka di tempat itu.

"Gue rasa lo tau apa maksud gue." Yovan berujar, lalu berbalik. Memandang Jian dengan tatapan dingin. "Lo tau kan kalo lo udah ngelakuin kesalahan?"

Jian tidak menjawab.

"Lo melepas semua tanggung jawab lo gitu aja. Sadar gak sih kalo kelakuan lo bikin orang susah?"

"Yovan."

"Lo bener-bener egois!" Yovan menyela. Ia menatap Jian dengan tatapan yang tajam. "Lo pikir lo siapa bisa bersikap seenaknya, hah?!"

"Gue bisa jelasin semuanya sama lo."

"Lo udah gede, Yan. Udah dewasa. Harusnya lo bisa berpikir sebelum bertindak. Apa yang lo lakuin itu nyusahin banyak orang. Gue, Dendra, bahkan orang lain. Kemarin kita semua dibuat susah gara-gara lo mendadak ngilang dan gak dateng ke sekolah!" Yovan menukas dengan panjang lebar. "Gue akhirnya terpaksa bertanggung jawab sama semuanya!"

Jian terdiam.

Selama Jian berteman dengan Yovan, Jian belum pernah melihatnya marah. Yovan adalah sosok yang santai. Jika mendapatkan masalah, Ia mampu menyelesaikannya dengan penuh ketenangan. Selama tiga tahun berteman dekat, mereka tidak pernah benar-benar bertengkar. Meskipun setiap mereka bersama sering kali diisi oleh berbagai macam keributan, Yovan, Jian, bahkan Dendra tidak pernah berakhir dalam perkelahian. Mereka berteman baik. Sangat baik hingga saling memahami satu sama lain.

"Dan kenapa kemarin lo gak masuk sekolah?" Yovan kembali bertanya. Cowok itu masih menatap Jian dengan sinis. "Lo lagi nyoba untuk kabur dari masalah?"

Jian membisu. Pertanyaan Yovan secara telak membungkam mulutnya.

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang