45 - Precious

437 60 0
                                    

Kecelakaan yang Herga alami memang bukan kecelakaan biasa. Benturan antara tubuh Herga dan mobil pada malam itu menyebabkan luka yang cukup parah. Bahkan setelah mendapatkan benturan, Herga masih harus berhantaman dengan kerasnya permukaan aspal. Setelah Herga siuman, Ia masih harus menunggu waktu agar cedera kakinya dapat segera sembuh. Untungnya kondisi Herga mengalami peningkatan yang sangat baik. Mama beserta Dokter yang menangani Herga sudah membicarakan kondisinya. Jika Herga terus menunjukkan kondisi yang lebih baik, Ia akan diperbolehkan untuk pulang.

Akhirnya selama satu bulan lebih berada dalam rumah sakit, hari ini Herga bisa kembali pulang. Ia tidak akan lagi terjebak dalam ruangan bercat pucat yang berbau obat. Herga tidak akan lagi menghirup udara rumah sakit. Meskipun selama beberapa waktu ke depan, Ia masih harus kembali ke rumah sakit untuk mengontrol kondisi kesehatan. Setidaknya Herga sudah bisa pulang. Ia tidak akan lagi berada di ranjang rumah sakit sepanjang malam.

Sebelumnya Herga sudah berbicara pada Mama terkait niat awalnya yang ingin kembali tinggal bersama Mama dan Haivan. Mama jelas langsung menyetujui ucapan Herga. Dengan tinggal bersamanya, Mama bisa memiliki waktu banyak untuk berada di dekat Herga. Wanita itu juga akan lebih mudah memantau kondisinya. Bagaimana pun juga, cedera kaki Herga belum sepenuhnya sembuh. Masih membutuhkan waktu untuk bisa kembali baik-baik saja seperti semula.

Siang ini Herga, Mama, dan juga Haivan sudah sama-sama berkemas dan siap meninggalkan rumah sakit. Untuk bisa ke mobil saja Herga masih memerlukan bantuan. Mama sudah menyiapkan sebuah tongkat agar ruang gerak Herga tidak terlalu terbatas. Selama beberapa waktu ke depan Herga akan menggunakan tongkat itu agar bisa berjalan. Memang terkesan sulit, namun tidak ada yang bisa Herga lakukan lagi. Bagaimana pun juga Ia harus terbiasa. Herga akan melewati proses ini untuk bisa sembuh sepenuhnya.

Saat tiba di rumah, Haivan membantu Herga untuk keluar dari mobil. Anak itu juga turut membantu Herga untuk berdiri dan menggunakan tongkat. Mama tidak bisa membantu Herga, karena Ia membawa banyak barang yang sebelumnya berada di rumah sakit. Haivan berjalan pelan sambil membantu Herga yang masih sulit untuk berjalan. Begitu tiba di dalam, mereka langsung memasuki salah satu kamar di lantai bawah, dekat dengan ruang keluarga.

Kamar yang seharusnya menjadi milik Herga adalah kamar yang berada di lantai dua, bersebelahan dengan kamar Haivan. Untuk saat ini Herga tidak mungkin berada di kamar atas. Akan sangat sulit untuk bolak-balik menuruni anak tangga dengan kondisi kaki Herga yang sedang tidak baik-baik saja. Selain menyulitkan, tentu akan sangat berbahaya jika nantinya Herga terjatuh ketika tengah berjalan di tangga. Karena itu, Mama sengaja mengubah kamar kosong di lantai bawah menjadi kamar sementara untuk Herga. Nanti setelah Herga sembuh, Ia bisa memilih untuk lokasi kamarnya sendiri.

Saat Herga tiba di dalam kamar, ruangan itu masih begitu sepi. Hanya ada satu lemari, satu meja belajar, dan satu kasur ukuran besar. Di pojok ruangan terdapat sebuah kamar kecil. Gorden yang menutupi jendela sengaja dibiarkan terbuka, sehingga cahaya matahari langsung menyoroti area kamarnya. Bahkan tanpa menyalakan lampu, ruangan sama sekali tidak gelap, karena adanya sinar dari matahari yang begitu terik.

"Ada beberapa barang lo yang pernah Mama simpan di sini. Kemarin Mama udah taro semuanya di kamar ini." Haivan berucap sambil berjalan ke dalam kamar. "Semua barang-barang lo masih ada di tempat tinggal lama lo. Kayaknya besok bakalan diurus supaya bisa dibawa ke sini."

"Gak kenapa-napa. Lagian gue belum butuh banyak barang, karena keadaan gue masih kayak gini."

Haivan menatap Herga, lalu menghembuskan napas pelan. "Mungkin suasana rumah ini jauh lebih sepi dari tempat tinggal lo dulu. Lo cuma tinggal sama gue dan Mama, beda sama rumah lama lo yang dihuni sama teman-teman lo. Pasti bakalan sulit buat terbiasa, tapi gue harap lo bisa tinggal dengan nyaman di sini. Apa lagi rumah ini juga bukan rumah lama kita waktu masih tinggal sama Papa."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang