36 - Little Brothers

516 67 4
                                    

Sejak pertemuan tidak sengaja antara dirinya dan Herga beberapa hari yang lalu, Yoshi benar-benar terus memikirkan kejadian itu. Ia tidak tau jika Haivan adalah adik laki-laki dari Herga. Mendadak Yoshi mulai memikirkan kembali soal apa yang pernah Haivan ceritakan padanya. Tentang permasalahan keluarganya, perceraian orang tuanya, dan alasan mengapa Haivan hanya tinggal dengan sang Mama. Yoshi tidak pernah mengira saat Haivan menceritakan tentang buruknya hubungan Ia dengan kakak laki-lakinya, ternyata mengarah pada Herga.

Yoshi bahkan masih merasa sulit untuk percaya.

Semalam Haivan mengiriminya pesan. Anak itu meminta Yoshi untuk bertemu di tempat yang sudah ditentukan. Yoshi mengiyakan ajakan Haivan. Tanpa mengatakan alasan mengapa Haivan mengajaknya bertemu, Yoshi sudah tau jika tujuan Haivan pasti untuk membahas kejadian waktu itu. Ia sudah datang dan menunggu dari sepuluh menit yang lalu, sebelum akhirnya Haivan datang. Anak itu langsung menghampiri Yoshi yang tengah duduk di salah satu bangku dalam sebuah cafe. Di atas meja hadapannya sudah ada dua minuman yang memang Yoshi pesan untuknya dan juga Haivan.

Tubuh Yoshi langsung menegak saat Haivan sudah berada di hadapannya. Entah mengapa, semenjak kejadian waktu itu Ia merasa gugup saat bertemu dengan Haivan.

"Kayaknya gue gak perlu basa-basi lagi sama lo." Haivan langsung berkata begitu setelah Ia duduk di bangku persis di hadapan Yoshi. "Gue udah tau semua masalah yang terjadi di antara lo sama Bang Herga."

Yoshi terdiam. Ia jelas sudah menduga jika Haivan akan berkata begitu.

"Ternyata lo udah kenal sama dia jauh sebelum kita ketemu untuk yang pertama kalinya."

"Gue minta maaf, Van. Selama ini gue punya banyak salah sama Herga."

"Masalah lo sama Bang Herga gak ada kaitannya sama sekali dengan gue. Kalo lo punya salah, lo harusnya merasa bersalah sama Bang Herga. Lo gak harus minta maaf sama gue." Haivan membalas tenang. "Jangan ikut campurin gue dalam urusan kalian berdua."

Yoshi menunduk dan hanya menatap ke arah permukaan meja.

"Kemarin gue bener-bener kaget liat Bang Herga marah sama lo tanpa gue tau alasan apa yang buat dia begitu. Gue gak pernah marah sama lo. Gue gak pernah kecewa sama lo. Justru gue harusnya berterima kasih karena selama ini lo udah bersikap baik sama gue. Lo juga mau jadi teman gue."

"Tapi gara-gara berteman sama gue Herga jadi marah sama lo."

Haivan menarik senyum tipis. "Bang Herga gak pernah marah. Gue udah ngomong sama dia soal ini dan dia bisa terima penjelasan gue. Lo gak perlu khawatir."

Belum sempat Yoshi berbicara lagi, tiba-tiba seseorang datang ke arah mereka. Haivan lantas menoleh. Memperhatikan orang itu dengan tatapan bingung. Sampai setibanya Ia di meja yang mereka tempati, Haivan bergumam pelan.

"Ini..."

"Sorry kalo gue gak bilang dulu sama lo tentang ini." Yoshi yang memahami kebingungan Haivan langsung berujar. "Seperti yang lo tau, masalah Herga sama gue juga berkaitan sama Mario, karena Mario juga teman dekat Herga semasa SMA dulu. Dan gue sengaja ajak dia untuk bicarain masalah ini sama lo."

"Jadi lo yang namanya Mario?"

Mario yang baru saja duduk langsung mengangguk. "Sorry kalo kedatengan gue bikin lo gak nyaman."

Haivan jelas terkejut dengan kedatangan Mario di sini. Ia memang tidak pernah tau seperti apa wujud dari seorang Mario. Yoshi belum pernah memberitahunya. Herga juga tidak pernah membicarakan sosoknya. Saat berbicara dengan Aska, Haivan hanya tau soal masalah yang terjadi diantara Herga, Yoshi, dan Mario saja, karena Aska juga tidak memberitahu siapa itu Mario.

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang