16 - Soccer

411 72 1
                                    

Hari ini Herga sudah bisa pulang sebelum jam tujuh malam. Semua kegiatannya telah berakhir dan sekarang Ia sudah berada di rumah. Aska, Jiko, dan Jae ada di rumah lebih dulu dibanding dirinya. Sementara Juan baru pulang ke rumah saat mereka berencana untuk makan malam. Karena Juan juga belum sempat makan, jadi mereka memutuskan untuk memesan makanan dari luar.

Mereka tengah berada di ruang keluarga. Sibuk memilih menu yang berderet dari salah satu restoran cepat saji. Juan dan Jiko menjadi yang paling bawel meributkan menu makanan. Aska dan Jae juga sempat berdebat, namun langsung diam mendadak saat Jiko menatapnya dengan tajam. Sementara Herga harus ekstra bersabar melihat ponselnya menjadi bahan rebutan teman-temannya. Saat mereka sedang membicarakan keputusan soal menu yang mau mereka pesan, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu rumah.

Mereka berlima langsung terdiam. Lalu sibuk saling pandang satu sama lain.

"Siapa?" Jiko buka suara pertama.

"Meneketehe." Juan mengangkat dua bahunya. "Coba lo cek sana!"

"Ogah!" Jiko membalas, lantas berpaling pada Aska. "Lo cek sana, Ka. Siapa tau orang penting."

"Gak mau. Takut."

"Takut kenapa, sih? Lo punya utang emangnya? Takut ditagih?"

Aska berdecak. "Lagi males basa-basi sama orang. Coba Jae aja yang ngecek ke luar."

"Dih, males banget!" Jae mendelik. "Herga aja gimana?"

"Tuh, kan!" Herga langsung menghela napas. "Dari awal juga gue udah duga lo pasti bakal nyuruh gue."

"Yaudah, sana."

Herga mendengus, tetapi tetap beranjak dari duduknya untuk segera berjalan menuju ruang tamu.

Ketika tengah berjalan, suara ketukan pintu kembali berbunyi dan terdengar lebih keras dari sebelumnya. Herga nyaris berniat mengomel, namun niatnya batal saat Ia melihat wajah orang tua Jae bertepatan dengan pintu yang terbuka.

Herga terkejut. "Om Rama? Tante Bella?"

"Aduh, Herga! Kamu agak lama ya buka pintunya? Tante hampir kesemutan berdiri di sini." Tante Bella langsung nyerocos.

"Maaf, Tante. Tadi saya sama yang lain lagi ribut di dalem."

"HAH?! KALIAN BERANTEM?!'

Herga terkejut saat Tante Bella berteriak heboh. "Kita ribut karena nentuin menu makanan di Go-food, Tan. Bukan tonjok-tonjokan."

"Ya Ampun. Hampir aja Tante jantungan!"

"Hehe. Santai aja, Tante." Herga berusaha menenangkan.

"Suruh kita berdua masuk dong, Herga." Om Rama meminta sambil tersenyum sopan. "Masa kita di luar aja."

"Eh iya, Om. Maaf saya lupa." Herga nyengir tanpa dosa. "Ayo masuk, Om, Tante."

Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam rumah.

Ketika sedang berjalan, Tante Bella kembali bertanya. "Personel di dalam lengkap?"

Herga mengangguk. Langsung paham arti dari pertanyaan Tante Bella. "Lengkap, Tan. Kebetulan Juan baru aja pulang."

"Bagus, deh. Soalnya Tante bawa banyak makanan." Ia mengangkat beberapa tentengan di tangannya dan menunjukkannya pada Herga. "Kamu belum sempat pesan makanan, kan?"

"Belum, Tan." Herga tersenyum tipis. Tidak bisa membohongi rasa senangnya saat melihat banyaknya tentengan yang Tante Bella bawa. Untunglah. Setidaknya malam ini Ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan malam.

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang