20 - Disappointed

441 71 0
                                    

Sejak dulu Yoshi bukanlah tipe anak yang mudah memiliki teman. Sifatnya yang cenderung lebih banyak diam jelas bukan hal yang digemari oleh banyak orang. Apalagi raut wajahnya yang terlihat dingin semakin menambah kesan mengintimidasi pada dirinya, dan kadang membuat orang merasa enggan untuk mengenal. Padahal sikap Yoshi tidak sedingin apa yang selama ini orang nilai.

Pada awal-awal masa orientasi di SMA, Yoshi tidak memiliki teman sama sekali. Hanya Yoshi satu-satunya siswa dari SMP-nya dulu yang bersekolah di sana, jadi tidak ada satupun orang di sekolah barunya yang Ia kenal. Ada beberapa anak yang pernah mencoba mengajaknya bicara, namun semuanya hanya sekedar basa-basi saja. Selebihnya, mereka lebih asik dengan teman mereka masing-masing dan kembali melupakan kehadiran Yoshi. Ia menghabiskan hari-harinya selama MOS sendirian, hingga akhirnya Herga dan Mario mengajaknya berkenalan.

Mereka bertiga berada di kelompok yang sama. Herga mengenal Mario lebih dulu, karena dari apa yang Yoshi nilai, Herga memang tipe anak yang mudah bergaul. Kepribadian menyenangkan yang Ia miliki jelas dapat membuatnya dengan mudah berteman bahkan dengan orang baru. Mario yang baru Herga kenal saat itu bahkan sudah dengan santai bercanda dan saling melempar lelucon bersamanya. Awalnya Yoshi merasa sangat canggung dan malu, tetapi Herga dan Mario ternyata memahaminya dengan baik. Sehingga Yoshi tidak terlalu kaku saat sedang berbicara atau bahkan bercanda dengan mereka berdua.

Sejak hari itu mereka mulai berteman, meskipun di kelas sepuluh mereka berada di kelas yang berbeda. Yoshi, Mario, dan Herga baru disatukan pada saat mereka kelas tiga. Sekolahnya dulu memang mengacak ulang kelas setiap tahun ajaran baru. Maka dari itu, Yoshi bisa mendapatkan kesempatan sekelas dengan Mario dan Herga di tahun terakhirnya berada di SMA.

Hubungan pertemanan mereka yang semula baik-baik saja tiba-tiba berubah karena suatu hal, dan itu terjadi pada saat menjelang kelulusan.

Dari awal SMA, Yoshi memang tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk berangkat ataupun pulang sekolah. Dia lebih memilih menggunakan transportasi umum seperti bus. Karena sekolahnya tidak berada di pinggir jalan raya, Yoshi masih perlu berjalan menuju halte tempat Ia biasa menunggu bus datang. Siang itu, Yoshi baru saja pulang sekolah. Saat Ia sedang berjalan dekat dengan sebuah lapangan basket, tiba-tiba seseorang menarik tubuhnya dan membawanya ke tepi lapangan.

Dia adalah Herga.

Cowok itu tidak menggunakan seragam, karena hari itu Herga memang tidak hadir ke sekolah. Awalnya Yoshi dan Mario berniat menanyakan kabar Herga secara langsung dengan datang ke tempat Herga tinggal selama sementara, karena Ia dan Mario sedikit merasa khawatir dengan keadaan Herga yang mendadak hilang kabar hingga tidak masuk sekolah.

Yoshi baru saja ingin protes pada Herga yang menarik tubuhnya dengan tidak santai, sampai tiba-tiba Herga melayangkan satu pukulan tepat di wajahnya.

Dengan spontan, Yoshi memegangi pipi yang terasa nyeri. "Maksud lo apa, Herga?"

"Harusnya gue yang tanya sama lo, apa maksud lo bawa bokap gue ke tempat gue kemarin?" Herga menatapnya dengan tajam. Sama sekali tidak ada rasa bersalah di matanya bahkan setelah Ia memukuli Yoshi. "Apa yang mau lo lakuin, hah?!"

Yoshi tersekat. Tiba-tiba kehilangan kemampuan bicaranya.

Herga yang masih terlihat marah, lantas meraih kerah kemeja seragam yang Yoshi kenakan. "Jangan diem aja! Jawab gue bangsat!"

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang