11 - Forgive me

560 119 4
                                    

Mario berjalan dengan santai sambil menenteng dua kaleng soft drink yang tadi sempat Ia beli. Cowok itu menyusuri jalan setapak menuju ruang terbuka hijau dekat Fakultas Ekonomi. Hari sudah menjelang sore, namun Mario masih berada di lingkungan kampus. Semua kegiatannya hari ini sudah selesai, tetapi Ia masih belum menunjukkan niat untuk meninggalkan kampus.

Begitu tiba di tempat yang Ia tuju, Mario melihat Yoshi tengah duduk di bangku kayu panjang sendirian. Ia terlihat sedang melamun. Tanpa berlama-lama, Mario langsung menghampirinya. Cowok itu berjalan cepat, lalu ketika sudah cukup dekat dengan Yoshi, Ia melempar satu kaleng soft drink yang Ia bawa.

Yoshi sempat terkejut. Namun tangannya dengan tangkas menangkap minuman kaleng tersebut.

"Lo dateng-dateng ngagetin." Yoshi mendengus. "Udah kayak jin."

"Lagian lo bengong doang." Mario tertawa kecil. "Liat tuh, sekeliling lo banyak pohon gede."

"Emang kenapa?"

"Nanti kesambet kalo lo kebanyakan ngelamun."

"Dih, ngawur!" Yoshi berdecak. Ia lalu meneguk soft drink yang tadi Mario berikan. "By the way, thanks buat minumannya."

Mario tersenyum tipis. Ikut meminum soft drink yang berada di tangannya dalam beberapa tegukan. Cowok itu menghela napas pelan. Matanya menatap lurus ke arah air mancur mini yang berada beberapa meter di hadapannya. "Masih mikirin soal tadi?"

"Hmm."

"Kenapa, Yos? Lo takut?"

Yoshi malah terdiam.

Siang tadi, Yoshi sempat bercerita bahwa Ia bertemu dengan Herga. Bisa dibilang, itu bukan kali pertama Yoshi melihat cowok itu. Sebelum-sebelumnya, Yoshi beberapa kali melihat Herga di area kampus ataupun di tempat lain. Herga tidak pernah menyadarinya. Jelas. Karena Yoshi juga sengaja menghindar dari Herga. Namun siang tadi, Yoshi benar-benar dibuat terkejut karena bertemu secara langsung dengan Herga.

Mereka saling tatap mata. Bahkan selama sepersekian detik, Yoshi dan Herga sama-sama terdiam di tempatnya, hingga akhirnya Herga mengabaikannya begitu saja. Bagi Herga, pertemuan tidak sengaja tadi adalah yang pertama kalinya setelah dua tahun berlalu. Lebih tepatnya ketika mereka lulus SMA. Wajar jika Yoshi merasa khawatir melihat raut wajah dingin Herga ketika melihatnya tadi. Apalagi mereka memiliki hubungan yang tidak baik.

"Dia masih keliatan..... marah."

"Tadi itu pertama kalinya dia liat lo lagi setelah kita lulus SMA. Dia pasti kaget dan gak nyangka bisa ketemu lo di tempat itu." Mario membalas. "Lo beneran takut?"

"Gue merasa bersalah sama Herga."

Mario terkekeh. Tingkahnya membuat Yoshi langsung menoleh ke arahnya dan menatap heran. "Kok lo ketawa?!"

"Gue kira lo takut dijotos lagi sama Herga."

"Maksud lo?!"

"Dulu waktu kalian berantem, lo kan sampai dibikin bonyok sama Herga." Mario menjawab santai. "Nyokap lo sampai heran liat anaknya balik sekolah mukanya persis kayak maling abis digebukin warga. Untung gue punya alibi jadi nyokap lo bisa percaya kalo lo gak lakuin hal yang macem-macem."

"Ya tapi lo bilang ke nyokap kalo gue ikut tawuran. Sama aja boong!" Yoshi berdecak "Abis itu gue diomelin juga sama nyokap gue. Mana Kakak gue ikut jadi kompor!"

Mario tertawa kecil.

"Dan lo kenapa bisa sesantai ini setiap gue cerita soal Herga?" Yoshi bertanya. "Apa lo gak merasa bersalah? Dia juga keliatan sebenci itu sama lo."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang