23 - Surprise

393 70 1
                                    

Haivan sudah menyiapkan kejutan untuk Mama hari ini.

Pulang sekolah tadi, Haivan langsung bergegas menuju toko untuk mengambil kue pesanannya. Ia ingin memberi kejutan yang spesial untuk Mama. Maka dari itu, Haivan sengaja memesan kue polos dengan krim yang terpisah sebab Ia ingin menghias kue itu sendiri. Haivan tidak pernah mendekor kue sebelumnya, dan karena itu Ia sempat merasa khawatir akan mengacaukannya. Tetapi Haivan berusaha sebaik mungkin agar kuenya bisa tetap terlihat enak dipandang. Meskipun hasilnya tidak sebagus kue-kue di luaran sana, setidaknya krim yang Ia poles pada kue itu dalam kondisi yang rapi.

Selain menghias kue ulang tahun sendiri, Haivan juga sudah menyiapkan kado untuk Mama. Kadonya memang bukan barang mewah. Hanya jam tangan berwarna silver yang sempat Ia beli dari jauh-jauh hari di suatu mall. Haivan berharap jam tangan itu bisa berguna dan Mama juga akan menyukai barang pemberiannya.

Selesai merapikan alat serta bahan bekas Ia menghias kue, Haivan menata kue tersebut di atas meja makan. Kue itu sudah terlihat cantik dengan krim yang didominasi oleh warna biru dan putih. Ada lilin-lilin kecil mengelilingi permukaan kuenya. Di sebelahnya, terdapat sebuah paper bag mini berisi kotak jam tangan yang akan Haivan berikan sebagai kado ulang tahun Mama.

Detik dan menit berlalu, Haivan tengah menatap ponsel yang menampilkan chat terakhir dengan sang Mama. Pesan itu dikirim sekitar empat puluh lima menit yang lalu. Mama tadi berkata bahwa Ia sedang berada di jalan pulang. Haivan masih menunggu hingga sepuluh menit setelahnya. Sibuk menatap pada lilin kecil yang perlahan-lahan meleleh karena terlalu lama tersulut api. Ia sudah hampir merasa bosan, hingga akhirnya Mama tiba di rumah dan langsung menghampirinya di ruang makan.

Wanita itu membawa satu buket bunga dan beberapa tentengan di tangannya. Mama terdiam. Merasa terkejut melihat Haivan bersama satu kue dengan lilin menyala di hadapannya.

"Happy Birthday, Ma."

Mama terhenyak. "Kamu...."

"Hehe. Kaget, gak?"

"Kamu nyiapin ini semua?" Wanita itu berjalan mendekat.

Haivan mengangguk. "Aku bahkan hias kue ini sendiri."

Mama tersenyum penuh haru sambil menatap kue di hadapannya. "Warnanya cantik."

"Buat Mama."

"Kamu seharusnya gak perlu repot-repot begini, Haivan."

"Ini sama sekali gak ngerepotin kok, Ma. Aku justru seneng bisa kasih kejutan untuk Mama."

Mama tersenyum sambil menatap Haivan.

Haivan menaruh kue itu agar lebih dekat dengan Mama. "Tiup lilin dulu, Ma. Nanti keburu meleleh."

Mama tersenyum tipis.

"Jangan lupa make a wish."

Wanita itu memejamkan matanya sesaat untuk membuat permohonan. Selama beberapa detik hanya ada keheningan. Hingga setelahnya Mama membuka mata dan meniup beberapa kali pada lilin-lilin di atas kue sampai tidak ada satupun yang menyala.

"Selamat ulang tahun, Ma. Semoga Mama selalu bahagia."

"Makasih ya, Haivan. Mama gak nyangka kamu akan beri Mama kejutan kayak gini." Mama berucap sambil mengusap puncak kepala Haivan. "Mama benar-benar bahagia hari ini."

"Sama-sama, Ma." Haivan membalas dengan senyuman tipis. Tiba-tiba matanya melirik ke arah barang-barang yang sebelumnya Mama taruh di atas meja. "Mama bawa apa?"

"Ah, ini!" Wanita itu berseru. Langsung membuka beberapa bungkusan dan mengeluarkan isinya dari sana. "Tadi Mama sempat mampir ke Restoran Jepang untuk beli ramen, karena menurut tebakan Mama, kamu pasti belum makan hari ini."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang