37 - Together

411 61 1
                                    

Jiko tengah duduk di sofa ruang keluarga. Berhadapan dengan layar televisi yang sedang menampilkan tayangan FTV. Jiko masih sibuk tertawa terbahak-bahak menyaksikan kisah cinta klasik dari FTV tersebut, sampai akhirnya Ia mendadak terdiam. Jiko terkejut saat melihat Herga turun dari tangga dan menghampirinya yang sedang duduk sambil mengangkat salah satu kaki. Jiko sedikit heran karena Herga sudah berpakaian rapi. Sangat berbeda dengan dirinya yang hanya menggunakan celana boxer dan kaus dengan gambar Naruto yang warnanya sudah memudar.

"Waduh, udah rapi aja lo!"

"Iya, lah. Emangnya lo!" Herga membalas nyolot. Memandang Jiko dari atas sampai bawah dengan tatapan mengejek. "Baju dari jaman purba masih aja dipake."

"Heh, sembarangan kalo ngomong!" Jiko berseru galak. "Liat, tuh! Jaket lo aja compang-camping. Kekurangan bahan lo?"

"Emang modelnya begini, kali." Herga menjawab sambil menunjukkan jaket yang Ia pakai. Tiba-tiba Herga tersenyum. "Keren, kan?"

"Jaket udah kayak outfit ngegembel dibilang keren." Jiko mencerca. "Itu jaket baru?"

Herga tersenyum lebar sambil mengangguk. "Baru kemarin paketnya sampai."

"Oh, paket lo yang kemarin gue terima isinya jaket?"

"Yoi!" Herga berucap bangga. "Limited edition, nih! Baru lima belas menit langsung sold out. Untung gue kebagian pas war kemarin."

"Tetep aja jaket lo jelek."

"Apa aja juga kayaknya jelek kalo di mata lo."

"Soalnya yang cakep cuma gue."

"Dih, narsis banget jadi cowok!"

Jiko mendengus. "Lagian mau kemana sih lo?"

"Mau jalan sama Haivan."

"Udah akur lagi lo berdua?"

Herga tersenyum tipis. "Masalah udah kelar. Gue sama Haivan berusaha untuk ngertiin keadaan masing-masing. Kalo gak saling ngertiin, sampai kapan pun masalah gue gak akan selesai."

"Bagus deh kalo gitu." Ada senyum lega di wajah Jiko. "Lo mau jalan ke mana?"

"Ada, deh!"

"Idih, pake rahasia-rahasiaan segala!"

"Ngapain juga lo nanya-nanya?"

"Gue mau nitip oleh-oleh."

Herga mendelik. "Lo kira gue jalan-jalan ke Cirebon apa pake minta oleh-oleh segala? Gue pergi sama Haivan masih ke sekitaran Jakarta. Lo mau gue bawain apaan? Cimol?"

"Eh, boleh tuh cimol!" Raut wajah Jiko langsung berubah antusias. "Bawain kalo lo pulang nanti."

"Gue nawarinnya cuma bercanda, anjir!"

"Bodo amat! Lo harus bawain cimol! Titik." Jiko bersikeras. "Kalo lo gak bawain nanti gak gue bukain pintu rumah."

"Gue kan punya kunci sendiri."

"Nanti gue gembok."

"Bisa gue dobrak pintunya."

"Gue tahan dari dalam."

"Kampret lo!"

"Yaudah sih lagian cuma cimol. Harganya juga gak sampai jual tanah, kan."

Herga berdecak. "Iya-iya. Nanti gue bawain."

Jiko langsung nyengir. "Kalo gitu sekarang lo pergi deh cepetan!"

Herga melirik arloji yang Ia pakai. "Haivan juga kayaknya udah nunggu."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang