7 - Missing You

647 95 1
                                    

Selesai makan malam tadi, Herga dan Jiko sempat berbincang lama di ruang keluarga, sementara Aska bergegas ke kamar karena harus menyelesaikan tugasnya. Hari ini cukup melelahkan, sehingga Juan memilih langsung masuk ke kamar untuk beristirahat. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, dan Juan tengah berbaring di atas kasurnya sambil menatap langit-langit kamar. Matanya tidak beralih dari sana, tetapi pikirannya melayang kemana-mana.

Tiba-tiba Ia merindukan Bunda.

Cowok itu buru-buru bangkit dari kasur, berjalan ke arah laci di bawah meja belajarnya. Ia berniat mengambil sebuah kotak berukuran sedang yang sudah lama Juan simpan di sana. Di dalam kotak itu terdapat beberapa barang yang sangat berharga bagi Juan. Bukan karena bentuk atau harganya, melainkan karena barang itu membawa memori lama tentang Bunda semasa wanita itu hidup. Salah satunya adalah sapu tangan pemberian Bunda yang dibuat khusus oleh wanita itu untuk Juan.

J. Dhananjaya

Juan meraba pelan nama yang terdapat di permukaan sapu tangan itu. Seketika dadanya dipenuhi rasa sesak. Sapu tangan itu masih sama seperti pertama kali diberikan. Cowok itu bahkan belum pernah memakainya. Juan justru menaruh benda itu agar tidak rusak dan kenangan akan Bunda tetap terjaga bersamanya.

Ia masih ingat senyuman hangat Bunda saat memberinya sapu tangan itu.

"Juanka."

Kala itu, Bunda yang berada di ruang kerja rumahnya memanggil Juan keras. Bunda memang memiliki ruangan khusus di rumah untuk menyelesaikan pekerjaannya. Wanita itu bekerja sebagai fashion designer dan ruangan itu adalah tempat dimana Bunda bisa mendapatkan banyak ide hingga menciptakan design terbaik. Juan yang saat itu sedang menonton televisi lantas segera menghampiri Bunda di ruangannya.

"Ada apa, Bun?" Tanya Juan sambil berjalan mendekat.

Wanita itu tersenyum lebar. "Bunda ada sesuatu buat kamu."

"Kejutan nih ceritanya?" Juan tersenyum lebar. "Apa?"

Bunda memberikan Juan kotak kecil berwarna pink dengan pita merah. Juan tersenyum, lalu tangannya meraih kotak itu dengan hati-hati.

"Aku langsung buka, boleh?"

Bunda mengangguk sambil tersenyum manis. "Benda itu sekarang punya kamu."

Juan membuka kotak itu secara perlahan. Matanya berbinar ketika melihat sapu tangan berwarna biru cerah dengan beberapa gambar awan dan juga namanya yang tertera di sana.

"Woah!" Juan berseru senang. "Ini lucu banget, Bunda. Juan suka!"

"Kamu suka?"

Juan mengangguk cepat. "Kayaknya sapu tangan ini gak akan aku pake sampai kapanpun."

"Loh, kenapa?" Bunda jadi bingung sendiri.

"Terlalu cantik. Sayang kalo dipake." Juan tertawa. "Kalo perlu aku simpan di lemari kaca, terus aku pajang di ruang keluarga."

Bunda terperangah, merasa heran dengan kata-kata Juan. "Kenapa harus dipajang?!"

"Supaya bisa dipamerin ke Aji sama Jeje." Juan tertawa lebar. "Mereka pasti iri karena gak dapet sapu tangan!"

Bunda refleks tertawa. "Sayangnya, Aji dan Jeje juga punya sapu tangan dari Bunda, karena Bunda buat tiga sapu tangan khusus untuk kalian semua. Jadi kamu gak bisa pamer."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang