Ok so di part 3 aku memutuskan buat ngubah judul dan cover cerita ini :) so hope you guys like it don't forget to vomments ;) maaf ya kalo masih abal abal hehe :)
***
Sesampainya di Mall aku pun memarkirkan mobil ku di tempat parkir mobil khusus wanita, Mita yang terlalu excited tidak menghiraukan aku dan langsung masuk ke dalam Mall, ya kuakui anak itu memang sedikit terlalu bersemangat.
"Mitaaaa.. tunggu kakak," teriakku sambil menaiki elevator dan berusah mengejarnya.
"Ayo dong kak kakak lemot ih," kata Mita yang sudah ada di ujung elevator.
Setelah sampai di lantai 2, Mita langsung menuju ke toko buku favoritnya tersebut, Mita yang sibuk memilih novel novel roman dan remaja favoritnya pun kutinggalkan, biasa abg labil kalau lagi cari referensi percintaan biasanya gabisa diganggu sedikitpun, aku menuju ke area lain, sudah lama aku tidak menambah koleksi novel ku sepertinya banyak buku baru yang bagus disini.
"Move on huh?," gumamku dalam hati sambil terus menatap cover buku yang kini tengah kupegang.
"Permisi," kata seorang cowok yang suara nya terdengar sangat familiar di telingaku membuatku langsung menoleh ke arah suara itu berasal.
"Oh iya silahkan, " kataku sambil terpaku melihat orang tersebut.
'Ya ampun itu Roni, ngapain dia di sini?,' tanyaku dalam hati. Masih ku tatap sosok nya yang tengah memilih buku yang ingin dibelinya dia tidak berubah sama sekali. Ia membalikkan badan meghadapku dan seketika membuyarkan lamunanku.
"Amira?," sapanya.
"Eh Roni, ngapain di sini?," tanyaku sambil berusah untuk bersikap biasa saja di hadapannya.
"Biasalah nambah koleksi buku, lu sendiri ngapain di sini?,", tanyanya.
"Biasalah nganterin Mita beli buku," jawabku.
"Oh itu ngapain lu beli buku move on? Lagi patah hati mir?."
"Enggak lah ngapain? Gak sengaja aja liat buku ini, covernya bagus kan ya," kataku mengelak sambi langsung meletakkan kembali buku itu ke tempat semula.
"Oh kirain haha yaudah gue pergi dulu ya bye."
"Bye."
Ya tuhan aku berniat untuk melupakannya tapi kenapa tiba tiba aku dipertemukan dengannya, apa ini pertanda? Apa kau tidak mengizinkanku untuk melupakannya tuhan?.
Namun jujur saja dia terlihat sangat biasa saat berbicara denganku, bahkan dia menggunakan kata lu gue padaku, huft mungkin dia memang benar benar sudah melupakanku, tapi keliatannya dia belum punya kekasih mungkin kita bisa dekat lagi meskipun hanya sebatas sahabat juga aku tidan keberatan."Kak? kak Mira aku udah nemuin buku yang aku suka nih."
"Oh okeh ayo ke kasir."
"Kakak gak beli buku juga?."
"Engga deh kakak lagi males baca buku soalnya."
"Oh yaudah kak, abis bayar ke kafe favorit kakak ya."
"Iya deh terserah princess!."
Setelah selesai membayar buku di kasir, aku dan Mita pun menuju kafe yang sering aku datangi bersama Roni.
Huh tunggu tadi aku bertemu dengannya kan di toko buku apa jangan jangan dia juga ke sini, aku terpaku di pintu masuk kafe tersebut saat melihat wajah familiar yang tadi menyapaku, dugaanku benar kalau dia di sini, ia kini sedang mengobrol dan berpegangan tangan dengan mesra dengan seseorang yang terlihat familiar juga, berambut panjang, berkulit kuning langsat, dengan mata sipit dan tubuh yang bisa dibilang perfect. Dia? Bukankah dia Sherin? Temanku di klub drama, dia yang paling mendukungku saat aku jadian dengan Roni, dan sekarang dia pacaran dengan Roni? Huh yang benar saja, aku masih terpaku ter heran heran dengan mereka berdua, ntah mengapa aku kesulitan bernafas, sakit iya ini sakit sekali seperti ada pisau yang menancap di dadaku, rasanya sakit sekali, aku merasa seperti tergantikan, Roni masih mengunjungi tempat penuh kenangan kami, namun kini bukan aku lagi yang berada di sampingnya, tapi perempuan lain, ia terlihat begitu bahagia dengannya seolah aku tak pernah terbesit di pikirannya, seolah ia lupa dengan kenangan kami berdua, seolah ia lupa bahwa tempat ini adalah saksi bisu kisah romansa kami.Mita yang sedang antri pun kutinggalkan begitu saja, aku tidak tahan melihat mereka berdua bermesraan seperti itu.
"Kak kakak kok ninggalin aku sih?."
"Eh gapapa tadi kakak ke toilet bentar kebelet," kataku sambil menyeka air mataku sebelum Mita menyadarinya.
"Oh kirain ada apa, kak ini cappuccino kakak."
"Makasih mit."
"Iya kakak, makasih ya udah mau nganterin aku."
"Iya adik kakak yang paling cantik, pulang yuk udah jam 6 nih kasian bi Marni sendirian di rumah."
"Oke kak."
Selama perjalanan suasana di dalam mobil terasa hening, Mita sibuk membaca buku barunya dan aku terus memikirkan apa yang kulihat tadi, kenapa rasanya sakit sekali? Dia bukan siapa siapa ku sekarang, aku harus melupakannya, aku mencoba menahan air mata hingga sesampainya di rumah aku langsung menuju kamar, aku sudah tak kuat lagi tak sadar air mataku sudah mengalir deras, aku ter isak-isak, seharusnya aku tidak pernah bertemu dengannya, kenapa dia begitu susah untuk dilupakan? kenapa dia datang lalu pergi sesuka hati nya? Dan kenapa setelah semua sakit hati yang telah kualami aku masih saja menyayanginya?. Bi Marni yang mengetuk pintu kamarku namun tidak ku hiraukan, aku hanya ingin sendiri saat ini.
"Neng buka pintunya neng udah mau makan malam nih," teriaknya.
"Aku gak laper bi aku capek pingin istirahat."
"Ntar neng sakit loh ayo makan."
"Gamau bi aku beneran gak laper."
"Yaudah neng tidur yang nyeyak ya."
Apa aku terlalu kasar kepada bi Marni, aku sangat kacau tadi, ah sudahlah, kini aku hanya ingin sejenak melupakan apa yang ku lihat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Made in the USA
Romance"No matter what the people say, I know that we'll never break Cause our love was made, made in the USA" - Demi Lovato (Made In The USA) Pernahkah kamu merasa sangat kesusahan untuk melupakan sesorang? dan kamu selalu berpikir he's the one but he's n...