"Ya ampun ada yang ketinggalan," kataku sambil menepuk kening.
Aku melesat menuju ke kamarku dan segera membongkar isi koper yang ku gunakan saat aku pergi ke Amerika.
"Ini dia, untunglah masih ada," kataku sambil memegang flashdisk berwarna ungu milikku.
Tanpa berpikir panjang aku langsung memasukkan flashdisk tersebut ke dalam tas selempangku. Sebelum sempat menutup koper, aku terpaku melihat gelang dengan bentuk tulisan china berwarna gold, seketika itu aku langsung mengingat hari dimana aku dan Zen berkeliling kota New York dan saat kami di Chinatown dia memberikanku gelang itu, sungguh hari yang indah, andai aku bisa mengulanginya.
(Zen's POV)
Aku menerka nerka sekiranya apa yang tengah ia lakukan sekarang, masihkah dia memikirkanku sesering aku memikirkannya. Mungkin sudah seharusnya aku fokus pada kuliahku, jujur saja aku terus memikirkan kata kata Zidane dan kurasa dia memang benar, aku akan bertemu lagi dengan Mira tapi pasti dalam keadaan yang sudah tak sama lagi dan tentu saja perasaan kami berdua yang telah berubah. Tapi apa salahnya untuk memulai dari awal bersamanya, Amira yang baru ku kenal selama beberapa hari saja, bagaimana mungkin dia membuatku seperti ini, sial memang!.
☺☺☺
*8 tahun Kemudian*
"Hey kakak ku sayang ," katanya dengan suara yang memekakan telinga.
"Hey adikku yang paling bawel, mama sama papa mana?."
"Tadaaaa."
"Halo Mira sayang."
Yang hanya bisa ku lakukan saat ini hanyalah bertatap dengan mereka lewat skype, karena sekarang aku benar benar tinggal di sini untuk mengurus perusahaan papa, sudah hampir 4 tahun aku tinggal di New York. Terkadang aku sangat merindukan Mita, mama, dan papa, namun sesekali saat liburan mereka mengunjungiku, bahkan saat kelulusan ku mereka meluangkan waktu untuk menghadirinya, namun meskipun begitu jujur saja sebenarnya aku tidak begitu suka pada hal seperti bisnis, aku saja sarjana sastra inggris jadi mana mungkin aku tertarik dengan bisnis, tapi apa boleh buat ini demi membantu mama dan papaku, sebentar lagi Mita juga akan menyelesaikan kuliahnya dan menyusulku ke New York karena dia yang akan menjadi pewaris perusahaan papa, dia sangat tertarik pada hal bisnis dan kurasa cukup handal dalam hal tersebut, sedangkan aku, aku sebenarnya sangat ingin pergi keliling dunia dan menuliskannya dalam sebuah buku.
"Good bye mit good bye juga ma pa."
"Goodbye kak."
"Goodbye hunny."
Tak terasa sudah satu jam lebih aku berbicara dengan mereka lewat skype, di sini sudah sangat larut malam dan aku harus segera tidur karena besok aku harus langsung menuju kantor papa, rasanya aku ingin meledak, apa aku bisa mengatasi semua ini? Maksudku aku tidak tau apa apa soal bisnis ya meskipun sejauh ini aku bisa menjalaninya, tapi terkadang aku takut akan mengacaukannya, aku yang terlena dalam lamunanku kini memfokuskan pandanganku pada gelang yang ku taruh di laci dekat ranjangku, aku sangat merindukannya, sungguh.
*Keesokan harinya*
Alarm di dekat tempat tidurku berbunyi sangat nyaring sontak membuatku hampir meloncat dari ranjangku, aku bergegas menuju kamar mandi, karena hari ini akan ada pertemuan dengan beberapa partner kerja papa jadi aku harus berdandan se rapi mungkin, jujur saja aku sangat gugup, maksudku, seorang gadis muda seperti ku akan berhadapan dengan para businessman yang sudah sangat handal dan berpengalaman, semua orang pasti akan merasa gugup. Tunggu, bukankah om Salman juga partner kerja papa, bagaimana jika Zen menggantikannya?.
***
"Mrs. Amira? Ada yang ingin bertemu dengan anda," lata seorang pria paruh baya yang merupakan salah satu karyawan papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Made in the USA
Romance"No matter what the people say, I know that we'll never break Cause our love was made, made in the USA" - Demi Lovato (Made In The USA) Pernahkah kamu merasa sangat kesusahan untuk melupakan sesorang? dan kamu selalu berpikir he's the one but he's n...