Part 30 (THE END)

310 29 16
                                    

A/n
Baca part ini sambil dengerin wish you were here nya avril sama if you're not the one nya daniel bedingfield ya biar lebih ngena :D

***

Zen kini duduk termenung di bangku panjang yang berada di tepi jalan. Ia mengeratkan jas yang ia pakai sambil beberapa kali menggosokkan kedua telapak tangannya tanda bahwa ia mulai kedinginan. Udara dingin di malam hari yang membelai kulitnya seakan melengkapi suasana hatinya saat ini. Sendirian, bak kehilangan tujuan hidupnya.

*** 

 Sirine ambulans terdengar begitu keras, memekakan telinga setiap orang yang dilewatinya. Tubuh Jason bergetar hebat, ia mengelus wajah Elena dengan harapan kalau dia masih bertahan. Tubuh Elena yang kini bersimbah darah membuat Jason makin panik. Tak selang beberapa waktu ambulans telah tiba dan dengan cekatan Jason membantu para petugas medis untuk mengangkat Elena dengan tandu menuju ke dalam ambulans.

***

Ting…Tong…

Bel apartemen berbunyi dan dengan cekatan Mita melesat turun dari kamarnya. Matanya sempat menyiratkan rasa terkejut saat melihat orang yang ada di balik pintu.

“Kak Zen?,” tanya Mita tanpa mempersilahkan lelaki dengan keadaan yang sangat kacau itu masuk.

“Mira, Mira di mana Mit?,” ujarnya sambil mendongakkan kepala dan mengintip keadaan di dalam apartemen tempat Mira tinggal selama ini.

Mita yang menyadari hal itu pun keluar dari ambang pintu dan menutup kembali pintu dari depan, “Aku tau kalau kak Zen pasti dateng kesini buat nyariin kak Mira, tapi maaf kak aku gabisa bantu apa apa, aku udah janji sama kak Mira kalo aku gak bakal kasih tau kak Zen tentang keberadaan dan keadaan dia apapun yang terjadi,” jelasnya dengan tangan yang ia lipat di depan dada.

“Tapi Mit, aku perlu tau alasan kenapa Mira ga mau aku tahu tentang keadaannya,” kata Zen.

Mita memutar bola matanya, “Kenapa nggak tanya sendiri aja ke tunangan kak Zen?.”

Seketika mata Zen terbelalak, seharusnya ia menyadari hal ini sejak awal, seharusnya ia mengatakan hal ini pada Mira sejak awal. “A-apa? Jadi Mira sudah tahu semuanya?,” tanyanya sambil terbata-bata karena rasa terkejutnya masih belum hilang.

“Ya begitulah,” jawab Mita melengos dari hadapan Zen lalu berbalik untuk kembali ke dalam apartemen.

Sebelum Mita meraih gagang pintu, Zen menghadangnya, “Mit, kumohon bantu aku, ini cuma kesalahpahaman, aku bener bener harus ngomong sama Mira.”

Mita justru menatapnya kesal, “Maaf kak, tapi aku ga bakal ngebiarin kak Zen nyakitin kak Mira lagi,” katanya dengan nada yang kelewat dingin dan dengan cekatan ia menyingkirkan lengan Zen yang menghalanginya dan kembali masuk ke dalam apartemen.

Zen kini hanya bisa menatap nanar pintu tersebut. Ia menyandarkan kepalanya di dekat pintu dan beberapa kali memukul tembok yang ada di dekatnya. Dia menangis, dia benar benar menangis karena sekali lagi ia membiarkan Mira pergi begitu saja. Tangannya bahkan berdarah dan hanya ia tatap dengan senyuman miring. Luka ini tidak seberapa jika dibangingkan dengan luka yang telah ia torehkan di hati Mira.

“Aku benar benar lelaki yang brengsek dan betapa tidak tahu malunya aku yang masih berharap dia akan memaafkanku dan memberiku kesempatan kedua,” batinnya.

***

Jason terkesiap saat melihat tangan wanita yang terbaring lemah di hadapannya mulai bergerak, ia menatap wanita tersebut dengan penuh harap, matanya yang masih menutup dan selang selang yang terhubung ke tubuhnya, juga infus yang masih tertancap di pergelangan tangannya membuat Jason tak henti hentinya mengucap doa. Kini kedua tangan wanira itu mulai bergerak lagi dan hal itu seketika membuat Jason melesat keluar dari ruangan serba putih itu dan berlari sekencang mungkin untuk memanggil dokter.

Made in the USATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang