Part 20

311 28 4
                                    

“Ma, pa aku pergi dulu ya.”Kataku sambil memilah milah sepatu yang cocok untuk outfit ku hari ini.

“Mau kemana? Kan kamu sudah nggak ngantor lagi?.”Tanya papa yang tengah sibuk membaca koran sambil melahap roti bakar selai kacang kesukaannya.

Aku yang tengah sibuk mencoba satu persatu sepatu yang telah kupilah pun tak sempat merespon pertanyaannya.

“Mau ikut kak Zen ke bandara pa.” Sahut Mita sambil menikmati sarapan dengan menu ala vegetarian yang ntah sejak kapan menjadi sarapan favoritnya.

“Kamu kok tahu Mit?.” Tanya papa seraya meletakkan koran yang sepertinya sudah selesai ia baca di atas meja.

Mita yang kewalahan dengan rasa penasaran papa pun menaruh sendoknya sejenak lalu menghela nafas. “Kan kemarin kak Zen yang nyuruh aku bilang ke kak Mira, kemarin sih kak Mira ketiduran di pundak prince charmingnya.”

Aku yang masih fokus dengan sepatu sepatu ku pun seketika mematung dan merasakan panas di pipiku. Jika diingat ingat lagi kejadian kemarin itu cukup memalukan apalagi mama, papa, dan Mita menyaksikannya secara langsung astaga.

“Sayang kamu kok keliatan gugup gitu sih? Kan cuma ikut ke bandara.” Sahut mama yang sedari tadi tak terdengar suaranya karena tengah sibuk memasak untuk menu makan siang kami nanti.

Aku kini masih memfokuskan pandanganku pada rak sepatu yang hampir penuh karena kegemaranku dalam hal mengkoleksi sepatu model apapun tanpa menghiraukan percakapan yang tengah terjadi di meja makan. “Aku ngga gugup ma, tapi ini loh sepatunya ngga ada yang cocok.”

“Sepatu kamu itu seabrek, ngga kurang juga yang bagus kenapa bingung.” Kata mama yang masih memakai celemeknya, aku tidak tahu pasti apa yang tengah ia masak tapi dari baunya yang harum sepertinya ia tengah membuat masakan Indonesia.

“Tapi susah cari yang cocok ma.”Kataku sambil mengerucutkan bibirku.

Ia hanya menggeleng gelengkan kepalanya setelah mendengar jawaban dariku.

“Nah ini nih baru cocok.”Kataku sedikit berteriak sambil menunjuk boots berwarna hitam dengan hak tinggi yang meskipun sudah lama tidak ku kenakan tetapi masih bagus karena perawatan khusus yang kuberikan untuk semua sepatu koleksiku.

“Udah cepet dipake kasian calon menantu papa lagi nungguin kamu pasti.”Sahut papa yang malah membuatku terkekeh karena ia menyebut Zen sebagai calon menantunya.

Aku yang tiba tiba teringat tentang kebiasaan Zen melewatkan sarapan pun langsung menuju ke pantry. “Ma, roti bakar nya masih ada?.”

“Masih, kamu mau makan?.”Tanya mama sambil mengambilkan piring yang kebetulan di atasnya hanya tersisa dua roti bakar.

“Iya ma, buat Zen juga dia kebiasaan ngga sarapan sih.”Kataku sambil langsung mengambil selai blueberry di meja makan dan mengoleskannya pada roti bakar ku dan Zen.

“Oh gitu yasudah cepetan sana kasihan Zen nungguin.”Cetus mama.

“Iya iya yaudah ma, pa Mira pamit dulu ya.” Kataku seraya memakai sepatu boots yang kupilih tadi dan langsung menuju ke meja makan untuk mencium pipi kedua orangtuaku, tak lupa ku bawa sketch book ku yang dari tadi malam masih berada di atas meja di ruang tengah.

“Hati hati ya sayang.”Kata mama sambil melambaikan tangan padaku.

“Hati hati kak.”Sahut Mita.

Aku yang gemas melihat gaya nya yang nyentrik namun terlihat sangat elegan dan cocok untuknya berniat untuk menggodanya, bagaimana tidak nyentrik ia pergi ke kantor mengenakan suit dan pita kupu kupu dipadukan dengan celana di bawah lutut kesukannya tapi tetap saja meskipun style nya tidak seperti selera orang lain style Mita tidak sedikitpun mengurangi kecantikan yang dimilikinya. “Iya Mit kamu juga hati hati ya, jangan lupa harus professional jangan sampe ngga fokus gara gara ngelirik cogan cogan di kantor.”

Made in the USATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang