Part 23

330 25 4
                                    

Suasana di dalam mobil terasa sangat canggung, setelah beberapa hari aku tidak bisa menghabiskan waktu bersama Zen seperti saat ini, tak ada tanda tanda untuk memulai percakapan baik dari aku maupun Zen, melihatnya sedekat ini membuatku merasakan lega sekaligus sesak karena mengingat kejadian tadi pagi, apa pria di sebelahku ini benar benar selingkuh di belakangku? Apa dia sudah tidak mencintaiku? Lalu apa maksud semua ini?.

***

 
Lagu  You’re still the one dari Shania Twain beralun menemani keheningan kami di dalam mobil, aku yang sudah tidak tahan dengan keadaan kami yang tak berbicara sama sekali pun memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

“Zen?,” tanyaku gugup.

Ia pun langsung menoleh ke arahku sembari tersenyum tulus kepadaku. “Ya?.”

Aku pun langsung mengalihkan pandanganku darinya. “Kamu tadi pagi kemana aja?,” tanyaku memberanikan diri.

Seketika ekspresi wajahnya berubah, ia terlihat menelan ludah beberapa kali sebelum menjawab pertanyaanku. “Ya di kantor lah Mir.”

Dugaanku salah, ku kira ia akan mengatakan yang sejujurnya kepadaku, kalau memang ia tidak ada apa apa dengan Elena kenapa ia berbohong kepadaku.

“Oh, soalnya tadi pagi kalau ga salah aku liat orang yang mirip kamu sama-,” belum selesai aku melanjutkan perkataanku Zen tiba tiba menyela.

“Eh Mir kita jemput Elena sekalian ya, gapapa kan?,” selanya sambil membelokkan mobilnya masuk ke area hotel bintang lima yang sudah pasti adalah tempat tinggal sementara Elena.

Aku terkejut setengah mati mengetahui kalau Elena juga diundang makan malam dengan keluarga Zen, sesak, lagi lagi aku merasa sesak, aku pun langsung menyenderkan badanku dan menghela nafas panjang mencoba untuk menutupi kekecewaanku.

“I-iya Zen, Elena juga ikut?,” tanyaku.

“Iya, orangtua aku yang ngundang dia,” jawabnya singkat.

“Oh,” gumamku.

Zen pun memberhentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk hotel tersebut, terlihat Elena yang sepertinya sudah dari tadi menunggu kedatangan Zen, ia terlihat seperti model dengan gaun hitam polos tanpa lengan yang membuat kaki panjang nan jenjangnya itu terekspos membuat ku makin ciut dan khawatir kalau pria di sebelahku ini lebih menyukai penampilan Elena daripada penampilanku.

***

Zen pun melangkah keluar dari mobilnya dan menghampiri Elena.

“You look absolutely handsome with that suit Zen,” pujinya kepada Zen dengan nada menggoda yang membuatku semakin geram dengan tingkahnya.

“Thanks Ele, you also look gorgeous in that dress,” ucap Zen membalas pujian Elena yang membuat hatiku tiba tiba terasa sesak dan sakit.

Setelah mereka selesai saling memperhatikan penampilan satu sama lain, pandangan Elena tiba tiba teralih ke arahku yang tengah duduk manis di kursi penumpang di sebelah Zen, ntah kenapa ia kini menatapku sinis, aku pun memilih untuk tidak menatapnya dan menganggap dia tidak ada.

“Oh hei, Mira right? Akhirnya kita ketemu lagi ya,” sapanya dengan seringai yang tidak bisa kuartikan apa maksudnya.

Aku pun langsung menoleh ke arahnya dan hanya menjawabnya dengan senyuman yang ku buat buat. Ia pun menatapku makin sinis, Zen yang melihat keadaan di antara kami pun langsung membukakan pintu mobil untuk Elena dan mempersilahkannya masuk.

“Ele, silahkan masuk,” sahut Zen.

Elena pun langsung masuk ke dalam mobil Zen dengan ekspresi wajah yang ia tekuk, Zen terlihat bingung melihat kami berdua.

Made in the USATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang