Part 28

512 36 10
                                    

“Makasih ya Zen, udah mau ngajak aku jalan jalan,” ujar Mira yang kini hendak melepaskan seatbeltnya.

Zen pun langsung meraih seatbelt Mira dan melepaskannya untuknya,“Aku kali yang seharusnya bilang makasih.”

Jantung Mira kini berdetak sangat kencang karena wangi Zen yang bisa tercium olehnya dengan jarak sedekat ini, ia mencoba untuk mengumpulkan oksigen karena detak jantungnya yang tak kunjung kembali normal, “Yaudah sana balik, ntar kemaleman loh,” katanya tanpa menatap Zen karena malu.

“Kamu masuk dulu aja, aku pengen mastiin kamu sampe ke dalem apartemen dengan selamat,” senyum hangat kini terlukis di wajah tampannya membuat hati Mira berdesir hebat, ia sempat terdiam dan matanya melebar menikmati senyuman itu namun selang beberapa detik ia tersadar dan membalas senyuman Zen.

“Yaudah aku masuk dulu ya, bye,” kata Mira sambil membuka pintu mobil dan segera keluar dari mobil Zen.

“Bye,” Zen kini melambaikan tangan kepada Mira dan langsung dibalas dengan lambaian tangan juga olehnya.

Mira pun melesat menuju ke apartemennya, namun baru beberapa langkah ia kini berbalik dan menatap Zen, “Sampai jumpa besok, kamu hati hati ya jangan ngebut,” teriaknya.

Zen terkekeh di balik kemudinya karena ke-bawel-an Mira yang seringkali malah membuat Zen gemas, “Iya iya kanjeng ratu.”

***

Mira melangkahkan kakinya menuju ke dalam apartemen sambil bersenandung tanda bahwa ia sangat bahagia saat ini, tanpa sadar bahwa Jason yang kini sedang duduk di ruang tv sedari tadi memperhatikan tingkah anehnya itu, “Cie yang abis kencan, senyam senyum mulu,” suara bariton Jason lantas membuat Mira tersentak dan mengelus dada sesaat setelahnya.

Mira tidak memperdulikan perkataan Jason dan mencoba untuk menutupi rasa malunya karena kepergok oleh Jason tadi, sedangkan Jason masih terkekeh dengan kelakuan sepupunya itu, “Mama sama papa mana?,” tanya Mira sinis.

“Di kamar mereka lah,” jawabnya lalu kembali mengalihkan pandangannya pada acara tv yang ia tonton.

Mira hanya ber ‘oh’ ria dan segera menaiki tangga menuju kamarnya meninggalkan Jason yang malah sibuk dengan acara tv yang ditontonnya dan pop corn juga camilan yang tersedia di hadapannya.

***

Zen kini melangkahkan kaki nya menuju ke dalam perusahaan milik Salman--papanya. Sebagai calon pewaris perusahaan ditambah lagi dengan usianya yang terbilang cukup muda dan wajah yang tampan membuatnya jadi sorotan para karyawan yang bekerja di situ. Setiap pasang mata seakan terpesona melihatnya dengan baju formal yang membuatnya terlihat lebih maskulin. Ia yang sudah terbiasa dengan hal itu hanya bisa tersenyum jikalau menangkap basah salah satu karyawannya tengah memperhatikannya, bukan untuk menanggapi tapi ia hanya tidak mau dianggap atasan yang dingin dan arogan karena itu hanya akan membuat para karyawan tidak nyaman untuk bekerja sama dengannya dalam hal memajukan perusahaan papanya itu.

Benar saja. Baru saja ia keluar dari lift kini para karyawan yang ruangannya satu lantai dengan ruang kerjanya menatap Zen intens. Namun kali ini Zen merasa kalau tatapan mereka berbeda dari sebelumnya, mereka bahkan terdiam dan menghentikan segala aktivitas mereka dan menatapnya dengan tatapan penuh rasa penasaran dan menelisik, karena risih Zen pun mengeluarkan ponsel yang ada di saku nya dan memilih untuk menghubungi Mira yang sejak tadi pagi belum ia kabari.

“Good morning sunshine.”

“Morning too Zen.”

“Lagi ngapain?.”

Made in the USATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang