Extra Part

316 34 12
                                    

Mita masih terus saja menatap cermin besar di hadapannya, berkali kali ia putar badannya untuk memastikan tidak ada satu kesalahan pun pada gaun putih mewah dengan detail bunga dan juga payet warna ivory yang tengah ia pakai.

“Udah, gausah gugup gitu,” ujarku sambil mendekatinya.

“Kak, gimana? Bagus ga? Aku cantik ga?,” tanyanya yang kini tengah memegangi pinggangnya seolah tak puas dengan bentuk tubuhnya yang bisa dibilang cukup ideal.

“Cantik, cantik banget, tapi lebih cantik lagi kalau kamu ga panik gini,” jawabku lalu meraih kedua tangannya.

“Abisnya aku deg deg an sumpah,” ucapnya dengan nafas yang tak teratur.

Aku hanya tersenyum menatap adikku yang akhirnya melepas masa lajangnya itu, “Ya siapa sih yang ga deg deg an di hari pernikahannya, coba tarik nafas terus keluarin deh,” saranku yang kemudian langsung ia praktikkan.

Mita menghela nafas panjang lalu menghembuskannya pelan, ia kini membuka matanya membuatku menautkan alisku seolah bertanya apakah ada perubahan setelah ia melakukan hal itu.

“Aku udah ngerasa cukup tenang sekarang kak,” kata Mita yang membuatku mendengus lega.

“Mama..,” Teriak gadis kecil yang kini berlari ke arahku dan bersembunyi di belakang gaunku.

“Ada apa Zara?,” tanyaku.

“Zaid ma,” rengeknya.

Setelah itu bocah kecil dengan mata menawan dan rambut coklat yang persis seperti papa nya datang menghampiriku juga.

“Zaid, kamu apain kak Zara?,” tanyaku.

“Zaid kan cuma mau ngasih kak Zala cicak ma,” jawabnya polos.

“Zaid, kak Zara takut sama cicak jadi lain kali Zaid gaboleh lagi ya mainan cicak di depan kak Zara,” kataku lalu menyuruh mereka berdua berhadapan agar mereka berdua bisa berdamai.

“Iya ma,” ujar Zaid yang kini menundukkan kepalanya.

Setelah melihat Zara yang ada di depannya Zaid mengajaknya bersalaman dan diterima oleh Zara, “Maafin Zaid ya kak Zala,” kata Zaid dan disambut dengan anggukan kepala Zara.

Zara yang masih enggan melihat Zaid mengalihkan pandangannya ke arah Mita yang sedari tadi menatap mereka berdua gemas, “Wah tante Mita cantik banget ma, kayak princess princess di film Disney kesukaan Zara.”

Mita sukses dibuat terkekeh karena ucapan Zara itu.

“Ini semua berkat mama kalian yang udah bikin baju ini buat tante Mita,” ujar Mita yang kemudian mengelus lembut puncak kepala Zaid dan Zara.

“Mama Zaid memang telbaik,” celetuk Zaid dengan begitu polosnya membuatku dan Mita tertawa dibuatnya.

“Rrr Zaid bukan L,” keluh Zara.

“Telselah Zaid dong,” ucapnya tak mau kalah.

“Udah udah, Zaid sama Zara mending balik ke papa aja ya, mama mau bantuin tante Mita sebentar,” kataku.

“Oke ma,” ujar Zaid dan Zara bebarengan.

Mereka pun melesat keluar dari ruang ganti. Jujur saja setiap kali aku menghabiskan waktu dengan mereka pasti aku akan dibuat tertawa dan tersenyum tanpa akhir karena kelakuan mereka yang menggemaskan.

“Zaid sama Zara makin lucu aja kak,” sahut Mita yang juga menatap mereka berdua gemas.

“Lucu sih, tapi kalau udah berantem melebihi perang dunia kali,” ujarku.

Made in the USATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang