Perpisahan (1)

356 53 5
                                    

Hari ini Jisung akan pulang lebih awal. Dia berjalan pulang sendirian dengan wajah yang berbinar dan senyum bahagia. Adiknya Lami bilang masih ada kelas tambahan jadi dia meminta Jisung untuk pulang duluan. Sebenarnya Jisung mau pulang bareng Lami tapi karena Lami setengah memaksanya akhirnya Jisung menurut pulang lebih dulu.

Kenapa Jisung sumringah sekali hari ini? Dia mendapatkan kabar baik dan ingin segera menyampaikan pada keluarganya. Dia sudah membayangkan wajah bahagia papa dan mamanya dengan berita yang akan dia sampaikan.

Sampai di depan rumah jisung segera berlari masuk ke dalam rumah. Dia melihat papa dan mamanya yang tengah duduk berharap cemas di sofa. Papanya sedang menatap jam sedangkan mamanya menunduk sambil terus berdoa.

"Jisung pulaaaang!!" Sapa Jisung

Papa dan mamanya segera bangkit dan berlari ke arah putranya itu. Wajah keduanya seperti penasaran, dan itu membuat Jisung semakin tak sabar mengungumkannya

"Gimana kak?" Tanya mamanya

"Iyaa kak, gimana hasilnya?" Tambah papanya

Jisung yang awalnya memasang muka biasa saja segera berteriak sambil memeluk papa mamanya

"KAKAK LULUS!!! KAKAK DITERIMA!!!"

Mereka bertiga berpelukan sambil loncat kegirangan. Rasa penasaran mereka terbayar dengan kelegaan. Akhirnya putranya akan menjadi mahasiswa baru

Jisung sebelumnya telah mendaftar di kampus yang sama dengan Han dan Jeno. Dia mengambil jurusan ilmu komunikasi dan berhasil lolos. Seperti saran papanya, Jisung memilih jurusan tersebut karena dia ingin banyak belajar di depan umum dan menjadi orang yang pandai public speaking seperti papanya. Dan yaaaa dia bisa mewujudkannya sekarang

"Selamaat ya kak" kata papanya

"Selamaat buat kakak, papa sama mama bangga sama kamu" tambah mamanya

"Makasih pa ma"

"Adek udah tau?"

"Belum... nanti aku mau kasih kejutan buat adek. Ga sabar mau lihat muka adek"

"Pasti adek seneng banget dengernyaa"

"Sekarang kamu ganti baju dulu yaa, kita siap-siap makan di luar tapi sambil nunggu adek pulang dulu"

"Okee deh, Jisung ke kamar dulu yaa"

Sementara itu seorang gadis sejak tadi duduk di depan halte sekolah. Wajahnya yang sendu seakan menunjukkan jika dia tengah bersedih. Kilatan matanya seperti menceritakan jika dia tak baik-baik saja.

Siapa yang tak akan iba jika seorang gadis cantik nan mungil kini mulai terisak. Menangis sambil menahan dadanya yang terasa sesak. Jika dia menangis di depan keluarganya seperti ini maka keluarganya akan segera menenangkannya sambil berusaha membuatnya mengatur napas. Mamanya akan memegang dadanya, ayahnya akan memeluknya dan kakaknya akan membimbingnya untuk bernapas pelan.

Dulu dia berpikir darimana dia mendapatkan kebiasaan sesak saat menangis seperti itu. Mama, papa dan kakaknya tidak seperti itu. Tidak ada dari anggotanya yang memiliki sesak seperti dirinya. Dia selalu bercanda pada papa dan kakaknya kalau mungkin saja dia bukan anak kandung orang tuanya. Tapi siapa sangka bercandanya itu adalah kenyataan yang menyakitinya. Jika dia tau, dia bersumpah tidak akan pernah berkata seperti itu dalam hidupnya

Lami, putri kesayangan keluarga Park
Hari ini yang seharusnya dia menangis bahagia karena kakaknya berhasil diterima di perguruan tinggi
Kali ini dia menangis...
Menangis karena dia sadar
Dia tak punya cukup waktu

Dia mengusap wajahnya dengan lengannya
Kebiasaannya yang tidak disukai mamanya
Mamanya selalu bilang, kalau Lami menangis ambil saja sarung tangan warna peach yang mamanya jahitkan khusus untuk dirinya yang biasanya mamanya simpan di kantong sebelah kanan tasnya.

FAMILY ENAM HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang